Selasa, 31 Maret 2009

[Versi Indonesia]



In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful,

Assalamualaikum Wr. Wb

In order to communicate anything concerning with the jobs and activities performed by Palembang City Planning Office, as well as to provide information in line with our commitment to give the first-rate services to the public, we gratefully launch this website.

This website supported by the other one is supposed to make Palembangnese residents easy to acces any information dealing with their permits, such as Building Permit (IMB), Building Livabilty Permit (IKPB), City Future Planning Letter (Advice Planning), Land Use and Function Permit (IPPT), Advertising Permit (IPR), etc.

We really hope this website can fulfil the need not only for the applicants who want to apply for the permits, but also for those who want to know anything about Palembang City Planning Office’s activities.

Thanks for your cooperation and concern on us.

Best Regards,
The Head of City Planning Office
Palembang City



Ir. H. Ucok Hidayat

Guguk Jero Pager Plembang Lamo

Lokasi : Kawasan 1 Ilir
DALAM sebuah perjalanan peninjauan dengan perahu kesultanan ke wilayah hilir Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo melihat sesuatu yang bercahaya. Sinar terang itu memancar dari gelapnya hutan di kawasan 1 Ilir.

Raja dari kesultanan Palembang ini memerintahkan hulubalangnya turun ke darat. Apa yang didapat Tampak olehnya dua gadis tengah mendenggung (menidurkan bayi dengan nyanyian) di buaian yang diikatkan pada galar rumah. Kedua gadis itu, Nyimas Naimah dan adiknya, Nyimas Perak, sedang menidurkan adik bungsu mereka, Kemas Jauddin. Cahaya yang memencar itu, bagi Sultan, merupakan sesuatu yang istimewa.

Karenanya, Sultan berkeinginan untuk bertemu dengan keluarga sang gadis. Nyimas Naimah merupakan putri sulung Tumenggung Jompong, keturunan bangsawan dari masa Kerajaan Palembang (semasa kekuasaan di Benteng Kuto Gawang, 1 Ilir).
eusai pertemuan, timbul hasrat Sultan untuk meminang Nyimas Naimah. Inilah merupakan cikal bakal tumbuhnya GugukJero Pager Kota Plembang Lamo.

Sepuluh hari sebelum pertemuan dengan Sultan Nyimas Naimah bermimpi didatangi bulan. Banyak ahli falak dan penafsir mimpi yang kemudian mencemooh Naimah. Mereka mengatakan, bulan itu berarti raja dan tidak mungkin Naimah mendapatkan raja.

Perkataan ini mungkin ada benarnya, sebab berdasarkan deskripsi dari keluarga Nyimas Naimah yang ada saat ini, perempuan itu tidak dapat digolongkan berparas cantik. Namun, kenyataan memang berkata lain dan gadis ini kemudian menjadi istri keempat Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Dari perkawinan itu, lahir dua anak, yaitu Pangeran Yusuf dan seorang putri bernama Putri Batu Genem.

Sekalipun SMB I bertahta di Benteng Kuto Kecik, dia membangun rumah di kawasan 1 Ilir, bersebelahan dengan rumah ayahnya, Tumenggung Jompong. Sayangnya, rumah bersejarah itu kini tidak ada lagi sebab telah terjual tahun 1987 lalu dan di lokasi itu saat ini menjadi tanah lapang yang terhubung dengan SPBU terapung, yang letaknya di depan rumah Tumenggung Jompong saat ini.

Hal yang patut disayangkan juga, dokumen berisi peta, surat keterangan, dan silsilah keluarga yang disimpan di rumah Tumenggung Jompong (saat ini masih berdiri di tempatnya) diambil Belanda pada 1940, tepat dua tahun sebelum kekalahan penjajah ini dari Jepang. Selain bertahta di Benteng Kuto Kecik, rumahnya yang didiami bersama Nyimas Naimah, dijadikan sebagai istana. Di lokasi tepian Sungai Musi dekat kawasan ini, masih ditemukan tangga batu, tempat naik turunnya Sultan dari perahu kerajaan.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Benteng Kuto Gawang

Kesultanan Palembang dirintis oleh Ki Mas Anom Adipati Kiai Geding Suro bin Kiai Geding Ilir (1573-1590 M) dengan keraton sebagai pusat kekuasaan di Benteng Kuto Gawang (nama ini didapat setelah benteng itu dibakar Armada Perang VOC di bawah pimpinan Joan Van der Laan tahun 1659 M). Keraton? kini bekas tapaknya menjadi areal pabrik PT Pusri? ini menjadi pusat pemerintahan Palembang meskipun dalam praktiknya masih dipengaruhi Jawa, mulai dari Demak hingga Mataram.

Bedasarkan catatan, Benteng Kuto Gawang berukuran panjang 1.100 meter, lebar (1.100 meter) yang dikelilingi kayu unglen (Eusideroxylon zwageri T. & B.) setinggi 7,25 meter yang berbentuk balok dengan ketebalan 30 X 30 cm. Keraton Palembang di 1 Ilir atau Benteng Kuto Gawang (kini, sebagian kawasan yang tidak terkena ?proyek? Pusri disebut sebagai Plembang Lamo) menunjukkan betapa jeniusnya pemprakarsa Kerajaan Palembang. Ini dapat dilihat dari posisi benteng yang melindungi keraton beserta perumahan penduduk.

Selain bahan yang dipakai sebagai ?pagar, kejeniusan itu juga tampak pada pemilihan lokasi. Benteng ini diapit Sungai Buah dan Sungai Taligawe (ada yang menyebutnya Sungai Lintah). Uniknya lagi, Sungai Rengas, anak Sungai Musi yang terletak di antara kedua sungai itu dijadikan pintu masuk utama ke dalam benteng. Ketegangan pertama Kerajaan Palembang dengan Belanda, terjadi pada tahun 1658, yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Sido Ing Rejek Ratu Mangkurat Jamaluddin (1652-1659). Pada tahun itu, VOC mengirim Cornelis Ockerz ke Palembang dengan armada laut, yang dua di antaranya merupakan kapal berukuran besar, yaitu Jacatra dan de Wachter.

Kedatangannya untuk memenuhi kontrak dagang ?terutama timah dan lada?dengan Kerajaan Palembang. Kedatangan kapal VOC ini disambut dengan serbuan oleh Kerajaan Palembang. Ockerz dan 42 orang Belanda terbunuh dan 24 orang lainnya ditawan. Sementara Jacatra dan de Wachter direbut dan dikuasai. Menurut catatan sejarah, penyerangan yang dipimpin Ki Mas Hindi Pangeran Ario Kesumo Abdurrahim ini disulut ketidaksukaan rakyat Palembang terhadap Belanda yang dinilai selalu berlaku curang dan arogan. Atas serbuan, yang dinilai VOC sebagai tindakan biadab itu, setahun kemudian, 10 November 1659, satu armada perang Belanda di bawah pimpinan Commandeur Joan vander Laan menyerang Palembang. Setelah terjadi pertempuran sengit, Palembang dikalahkan. Selama tiga hari, mulai 24 November, Keraton Palembang dibakar.
Lokasi : Kawasan PT. Pusri

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Bukit Siguntang

Daerah ini terletak di atas ketinggian 27 meter dari permukaan laut, tepatnya di kelurahan bukit lama. Tempat ini sampai sekarang tetap di keramatkan karma disini terdapat beberapa makam di antanya :
• Raja Sigentar Alam
• Putri Kembang Dadar
• Putri Rambut Selako
• Panglima Bagus Kuning
• Panglima Bagus Karang
• Panglima Tuan Junjungan
• Panglima Raja Batu Api
• Panglima Jago Lawang
Berdasarkan hasil penemuan pada tahun 1920 disekitar bukit ini telah di temukan sebuah patung (arca) Bhudah Bergaya seni Amarawati yang raut wajah srilangkah berasal dari abad XI Masehi yang sekarang di Letakan di halaman Musium Sultan Mahmud Badaruddin II. Kita dapat melihat panorama Kota Palembang dari ketinggian bukit siguntang dengan menempuh kendaraan jurusan Bukit Besar.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Rumah Rakit

Merupakan rumah yang mengapung di atas Sungai Musi. Rumah ini di buat dari kayu dan bambu dengan atap kajang(nipah), sirap dan belakangan ini dengan atap seng (bahan yang lebih ringan). Rumah Rakit adalah bentuk rumah yang tertua di Kota Palembang dan mungkin telah ada pada Zaman kerajaan Sriwijaya. Dalam komik China seperti Zaman Dinasti Ming (1368 – 1643) buku 324, di tulis tetang rumah rakit yang bentuknya tidak banyak berubah.

Pada zaman Kesultanan Palembang, semua warga asing harus menetap di rumah rakit termasuk warga Inggris, Spanyol, Belandah, Cina, Campa, Siam, bahkan Kantor Daang Belanda pertama di atas rakit, lengkap dengan gedungnya. Rumah rakit ini selain tempat tinggal juga berpungsi juga sebagai gudang industri kerajinan. Bahkan pada tahun 1900 an di bangun Rumah Sakit diatas Rakit, karma di anggap merekah lebih sehat dan indah karna dapat melihat kehidupan sepanjang Sungai Musi.

[Back]


Senin, 30 Maret 2009

Al-Mahmudiyah( Masjid Suro)

Masjid yang terletak di 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II di bangun oleh seorang ulama terkenala KH. Abdurachman Dalamat pada tahun 1889.

Keunikannya dari bangunan yang berusia lebih dari 1 abad ini, adalah tiang penyanggah utama oleh kayu bulat. Kayu tersebut masih berdiri kokoh, tidak lapuk di makan usiah.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Kambang Koci

Awalnya, kawasan pemakaman? jauh sebelum Pelabuhan Boom Baru (artinya, pelabuhan yang baru) didirikan?ini merupakan dialiri sebuah sungai kecil. Lebih tepatnya, semacam ceruk di Sungai Musi. Sungai kecil inilah yang kemudian disebut kambang (kolam).

Di tempat itulah, para pemilik kapal penes (sebutan wong Plembang untuk pinisi) berlabuh dengan sekocinya saat kapal mereka sedang diperbaiki. Kawasan ini sebelumnya termasuk bagian dari Kompleks Pemakaman Kawah Tekurep, yaitu makam keluarga Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Kemudian, di lokasi ini didirikan pelabuhan, yang dikenal sebagai Boombaru pada tahun 1924.

Antara masa itu pula, Pemerintah Belanda di Palembang ?memotong? areal pemakaman untuk jalan sehingga Kawah Tekurep terpisah dari Kambang Koci. Penguasa Pelabuhan Boombaru (Haven Meester) pernah mengklaim Kambang Koci ?saat itu luasnya hampir 1 ha?sebagai ?harta? pelabuhan, sekitar tahun 1920-an. Namun kemudian, lewat Staadblat tahun 1924 No. 54, diputuskan bahwa pemakaman yang menempati tanah wakaf Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo itu bukan bagian dari pelabuhan. Akihirnya, pada tahun 1928, gugatan Haven Meester itu digugurkan pada November 1928. Pada tahun 1974, pihak Pelabuhan Boombaru ?meminta? sebagian areal pemakaman untuk dijadikan sebagai areal penumpukan peti kemas (container field).

Dengan pembangunan lapangan peti kemas itu, luas areal pemakaman akhirnya susut menjadi sekitar 1.392 meter persegi. Atas perlakuan ini, pihak pelabuhan melalui Administratur Pelabuhan Boombaru kala itu, Julius Tiranda, memberikan kompensasi kepada pihak ahli waris (Zuriat Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam) berupa pemugaran kompleks makam. Sebelumnya, sekitar tahun 1964, pihak ahli waris telah membangun pagar di sekeliling makam agar pemakaman tidak terganggu. Dalam surat perjanjian yang ditandatangani Sabtu, 22 November 1975 itu, antara lain berisi kesanggupan pihak pe-labuhan untuk memugar dan membangun pertamanan serta merawat pemakaman itu. Termasuk, menanggung segala pembi-ayaannya. Selain ditandatangani oleh Administatur Pelabuhan Bommbaru, Julius Tiranda, dan wakil ahli waris, Taufiq A. Gathmyr, surat perjanjian ini juga ditandatangani Walikota Palembang (kala itu), H.A. Arifai Cek Yan disertai dua saksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan arkeolog, antara lain Mujib dan Budi Wiyana dari Balai Arkeologi Palembang, dari 123 makam di pemakaman yang terletak sekitar 50 meter dari Kompleks Kawah Tekurep ini, terdapat dua tipe makam. Yaitu, Demak-Troloyo dan Aceh. Sedangkan dari keaslian bahan dan tulisannya, makam itu terbagi tiga. Pertama, nisan asli yang terbuat dari kayu ulin dengan tulisan asli. Kedua, bahan nisan asli sementara tulisan lebih muda daripada nisan pertama. Ketiga, bahan nisan baru (batu) dan tulisan kuno.
Lokasi : Tidak jauh dari Pelabuhan Boom Baru

Back To Tempat Wisata Lainya:

Al Munawar dan Kapten Arab

Kampung Arab yang terletak di kawasan 13 Ulu ini memiliki kekhasan seperti halnya perkampungan tua di tepian sungai. Kampung Al Munawar terletak di tepian Sungai Musi dan Sungai Ketemenggungan. Di kompleks ini, terdapat paling kurang delapan rumah yang usianya diperkirakan lebih dari satu abad.

Salah satunya, rumah pemukim Arab pertama di Kampung 13 Ulu, Habib Abdurrahman Al Munawar. Keseluruhan rumah berkonstruksi panggung. Sebagian, tetap berbentuk panggung, menggunakan bahan kayu unglen atau sebagian kayu unglen dan sebagian batu. Sebagian lagi, menggunakan bahan batu secara keseluruhan.

Sebagian dari rumah itu berarsitektur limas ?seperti rumah Habib Absurrahman?dan sebagian lagi telah mendapat sentuhan Timur Tengah dan Eropa. Ini juga terlihat dari bentuk tangga, baik tangga di luar rumah maupun di dalam. Tangga ini dibuat sedemikian rupa. Ada rumah yang tangganya berukir biasa, menyerupai bentuk kotak dengan ?sayatan? pada empat sisi di atasnya. Ada pula tangga yang puncak pegangan tangganya diukir sedemikian rupa.

Sehingga, bentuknya sekilas menyerupai limas, sekilas dapat menyerupai bentuk puncak menara masjid bergaya Turki. Demikian pula dengan bentuk terali pembentuk pagar di rumah berlantai dua. Jika diamati, besi serupa ini ?juga terdapat sebagai penyanggah atap?tampaknya merupakan besi cetakan. ?Aksesori? yang tampak antik dan anggun adalah engsel jendelanya. Bentuk engsel berbahan kuningan ini menyerupai burung elang ketika jendela dalam posisi tertutup. Sebagian rumah tua di kampung itu bahkan telah menggunakan batu marmer sebagai lantai. Bahkan, marmer ini tidak hanya dipasang di lantai rumah berukuran sekitar 20 x 30 meter itu saja. Marmer? konon khusus didatagkan dari Italia?berbentuk bujur sangkar 50 x 50 cm itu dipasang hingga ke teras.

Di kampung ini, juga terdapat rumah Kapten Arab. Seperti halnya sukubangsa Cina dan India, pada tahun 1825, Pemerintah Belanda di Palembang melakukan pendekatan. Dari tiap sukubangsa itu, diangkatlah pemimpin kaum dengan ?pangkat? Kapten.Tidak jelas siapa Kapten Arab pertama. Yang jelas, Kapten terakhir ?wafat tahun 1970?adalah Ahmad Al Munawar. Sapaan keseharian tokoh ini adalah Ayip Kecik.
Lokasi : Kawasan 13 Ulu, Tepian Sungai Musi

Back To Tempat Wisata Lainya:

WISATA INDUSTRI

WISATA INDUSTRI

Selain memilaki Pusat- pusat Industri yang menjadi asset Nasional yaitu PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) dan pertamina juga terdapat pusat kerajinan songket (Rumah Tangga / Hasil Industri) berlokasi di 32 Ilir Berkecamat Ilir Barat II, kerajinan asli penduduk Palembang ini menyediakan beragam cendra mata (souvenir) songket, mulai dari harga puluhan ribuh hingga jutaan rupiah.

• Pusat Kerajinan Ukir Kota Palembang
Produksi ukiran kota Palembang ini mempunyai corak tersendiri di bandingakan dengan daera lain, Produsi mulai dari asbak rokok, lemari hias, tempat tidur dan ukiran kayu lainnya berlokasih di Kelurahan 19 Ilir Kecamata Bukit Kecil

• Pusat Kerajinan Makanan Khas Kota Palembang
Kota Palembang makanan Khas Palembang di antanya kerupuk, kemplang, tekwan, dan pempek lainnya banyak di kelolah oleh masarakat di kawasan daerah seberang Ulu (Kecatan Kertapati, Kecamatan Sebrang Ulu I – Ulu II dan Kecamata Plaju). Makanan khas itu saat ini dengan inovasi teknologi (diawetkan ) dapat di kemas seagai oleh-oleh, bagi pelancong yang dating di bumi Sriwijaya.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Kelenteng 10 Ulu

Di bangun tahun 1933 di kenal dengan sebutan Kelenteng Tri Dharma Chandra Nad, atau masarakat mengenalnya dengan kelenteng Soci Goeat King, berlokasih di 10 Ulu Berkecamatan seberang ulu II.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Masjid Ki Marogan

Masjid ini pun di bangun oleh Ki Marogan dengan nuansa yang sama dengan Masjid Lawang Kidul terletak strategis. Masjid ini di antara sungai Musi, sungai Ogan dan Kertapati.

Dengan demikian jemaah yang ada di sekitar wilayah tersebut tidak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktipitas ibadah, karna suda di bangun kedua Masjid itu.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Makam Sabo Kingking

Makam ini terletak di kelurahan 1 Ilir Kecamatan Ilir Timur II Yang Merupakan makam salah satu keturunan Raja Palembang yaitu Ratu Si Nuhun Cucu Ki Gede Ing Suro1. Selain itu terdapat makam guru beliu bernama Habib Muhammad Nuh Imam Alfasah yang berasal dari Bahdad.

Pada pemerintahannya beliu membuat undang-undang “Simbur Cahaya” yang merupakan hukuman dapat yang tertulis dan berlaku di Wilaya Sumetera Selatan.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Kompleks Assegaff

Kompleks perumahan yang saat ini masuk dalam wilayah Kelurahan 16 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II ini merupakan salah satu perkampungan Arab yang tumbuh dan berkembang di kawasan Seberang Ulu pada akhir abad ke-19 menjelang awal abad ke-20. Pendirinya adalah Habib Alwi Al Habsyi.

Tokoh ini semula adalah keturunan keluarga di Kampung Arab 14 Ulu (sekarang masuk dalam wilayah Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II). Kampung ini, bersama Kampung 12 Ulu dan 13 Ulu, semula menjadi kediaman bangsa Arab dari Hadramaut yang datang ke Palembang dan menetap. Pemukim Arab pertama di Kampung Arab 14 Ulu adalah Abdullah bin Ahmad Al Habsyi.

Salah seorang dari komunitas ini, Habib Alwi Al Assegaff, kemudian menikah dengan salah seorang putri Habib Abdurrahman Al Munawar, pemukim Arab pertama di Kampung Arab Al Munawar. Setelah pernikahan, Habib Alwi pindah ke kawasan 16 Ulu dan mulai membangun rumah di kawasan itu, tepat di tepi Sungai Musi. Perkampungan ini kian berkembang apalagi pada tahun 1929 didirikan pabrik es.
Pabrik kedua letaknya berdampingan?dibangun pada tahun 1932. Selanjutnya, pabrik es yang hingga kini balok esnya dimanfaatkan oleh para pedagang ikan yang membeli ikan di kawasan
Sungsang, Bangka, dan Belitung itu makin berkembang dengan penambahan pabrik baru pada tahun 1974. Di kawasan ini, juga terdapat sebuah masjid yang terletak di tepian sungai.

Diyakini, masjid itu didirikan hampir bersamaan dengan perkembangan awal perkampungan. Namun, bentuknya saat ini sudah berubah. Hal ini disebabkan musibah yang terjadi sekitar tahun 1969. Kala itu, sebuah kapal laut, yang disebut-sebut sebagai milik Rusia, menabrak masjid yang sebagian badannya (disanggah tiang) berada di Sungai Musi ini.

Baru beberapa tahun kemudian, masjdi itu direhabilitasi dengan bentuk dan bahan yang lebih permanen. Hampir serupa dengan Kompleks Pertamina, kawasan tepian sungai di kompleks ini juga didam dengan beton. Sehingga, kondisi kompleks, yang letak perumahannya teratur ?jarak dari tepian sungai dipisah oleh jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat?itu tampak sedap dipandang.
Lokasi : Kawasan 16 Ulu

Back To Tempat Wisata Lainnya;

Kampung Kapitan

Kampung Kapiten pada zaman dahulu merupakan tempat tinggalnya orang-orang yang berasal dari Cina, dan pada masa sekarang ini sudah tidak lagi didominasi orang-orang Cina, tetapi sudah berbaur dengan orang-orang Indonesia. Sebagai bukti sejarah bahwa kampung kapiten tersebut merupakan peninggalan orang Cina yang pernah tinggal di Palembang terdapat sebuah rumah yang di bangun oleh marga Tjoa dari Cina.

Terdapat 3 Rumah peninggalan marga Tjoa dengan lebar ± 24 Meter dan panjang ±50 meter, di antara 3 rumah yang terletak di tengah-tengah dipergunakan untuk menyimpan abu keluarga yang meninggal yang disebut rumah perabuan. Rumah tersebut ditunggu oleh keturunan Keluarga Tjoa sampai sekarang (sudah 13 generasi).

Berdasarkan keterangan bapak Kohar (Tjoa Kok Lin) yang berumur 71 tahun keturunan ke 10 keluarga Tjoa. Beliau menceritakan sejarah yang menunggu rumah tersebut hanya batas keturunan yang ke 8 yaitu Tjoa Ham Him hingga sekitar tahun 1853 dan di teruskan oleh orang tua Tjoa Kok Lin (Kohar) yaitu Tjoa Inrik.

Rumah tua ini terdapat lukisan Tjoa Ham Him yang unik 3 Dimensi, apa bila kita memandangnya dari tiga arah lukisan tersebut selalu memandang ke arah kita. (Sumber: Tjoa Kok Lin (Kohar) keturunan ke 10 Keluarga Tjoa)

[Back]

WISATA OLAHRAGA

Komplek olahraga ini yang keberadaanya sangat strategi sekita 5 KM dari pusat kota, bernama Komplek Stadiun Jakabaring di Kecamatan Sebrang Ulu I merupakan tempat pelaksanaan PON XVI tahun 2004 di Sumatera Selatan dalam kawasan komplek ini terdapat stadion sepak bolah, stadion senam, stadion bulu tangkis, stadion soft ball, stadion karate dan panjat tebing. Dengan khas bangun dengan khas masing-masing. Sarana sering di jadikan tempat olahraga bersekalah local Nasional maupun Internasional, selain tempat olahraga saat pertandingan maupun tampa pertandingan ramai di kunjungi masyarakat sambil berolahraga dan berwisata.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Musium A.K Gani

Dimusium A.K.Gani Hj. Masturah A.K Gani merupakan took pejuang, seorang Dokter pejuang merebut kemerdekaan khususnya pada agresi Jepang, lokasih museum terletak di Jalan Mangku Negara (di samping SPBU kenten Laut) Kelurahan Suka Maju Kecamatan Sako. Koleksi dari Museum ini bebagai material benda catatan, foto-foto, buku dan catatan lainnya yang di gunakan baikresidan pertama di Palembang di Sumatera Selatan terutama dlam upaya membantu perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Di antaranya mata uang resmi yang di terbitkan A. K.Gani dalam penolakan terhadap mata uang Belanda. Mata unag resmi itu edisi “Daera Militer Istimewa Sumatera Selatan”. Kisah menarik dari A. K. Gani yang di koleksi museum ini adalah di ceritakan bagaimana mendapata julukan dari Belanda, penyelundup terbesar di Asia Tenggara” dalam cabinet Soekarno. Ia menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan termasuk sala satu pahlawan Nasional.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Minggu, 29 Maret 2009

Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya(TPKS)

TPKS ini di bangun tahun 1993 di resmikan tanggal 22 Desember 1994 oleh Presiden Indonesia. Kala itu Presiden Suharto di Dampingi oleh Ibu Tien Suharto.

TPKS ini terletak di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus, tersohor di sebut Wilaya Tangga Buntung dalam kawasan ini di simpan Khusus bendah-bendah Jaman Kerajaan Sriwijaya antara lain prasasti kedudukan bukita yang menukilkan kelahiran Kota Palembang 1982.

Koleksi lain arca kuno, kemudi Kapal keramik kuno dan pernak pernik yang erat kaitannya dengan kerajaan Sriwijaya yang terkenala dengan dengan pusat penyebaran agama Bhuda oleh :Syakyakirti Darmapala

Back To Tempat Wisata Lainya:

Museum Bala Putra Dewa

Lokasihnya berada di tengah Kota di Kelurahan Srijaya Kecamatan Sukarame di Dirikan pada tahun 1977 Nama Bala Putra Dewa di ambil dari nama seorang Raja Sriwijaya yang memerinta pada abad VIII – XI.

Museum ini mengoleksi berbagai alam Sumatera Selatan, berupa fosil, histografi, trilogy, kramik teknologi, seni rupa, flora, fauna, serta geologi di antaranya banguna rumah BARI (limas) dan rumah ulu asli dan peralatan tenunnan songket tradisional.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Sungai Gerong Dan Pertamina

Lokasi : Kasawan Plaju dan Sungai Gerong

Kilang pengolahan minyak, dikenal sebagai Pertamina Unit Pengolahan (UP) III, ini merupakan salah satu kilang tertua di Indonesia. Dalam dunia minyak dan gas bumi (Migas), kilang yang memiliki kapasitas produksi sebesar 120 MBCD (million barel capacity day) ini memasok kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk wilayah Sumbagsel.

Kilang ini awalnya terbagi atas dua bagian dengan kepemilikan yang berbeda. Kilang di Plaju didirikan oleh Shell, perusahan milik Belanda pada tahun 1930. Sekitar lima tahun kemudian, tahun 1935, sebuah perusahaan Amerika, Stanvac, mendirikan kilang di Sungai Gerong. Pada masa pra-kemerdekaan hingga masa kemerdekaan, instalasi pengolahan minyak ini menjadi objek penting dalam politik.

Saat Jepang menduduki Indonesia ?termasuk Palembang? tahun 1942, kilang minyak ini merupakan prioritas pertama yang diduduki. Demikian pula saat Sekutu mendarat pada 22 Oktober 1945 setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia (PD) II. Sekitar dua bulan sebelumnya, 29 Agustus 1945, Himpunan Tenaga Lasykar Minyak (HTLM) bentukan Jepang dibubarkan dan dibentuklah badan baru bernama Persatuan Pegawai Minyak (PPM).

Badan ini dipersiapkan untuk pengambilalihan seluruh perusahaan minyak di Palembang dari tangan Jepang. Sehari kemudian, 30 Agustus 1945, battalion tentara minyak Jepang, Asano Butai, menyatakan kesediaan untuk menyerahkan perusahaan minyak di Palembang. Terbentuklah kemudian Lasykar Minyak di setiap tambang minyak di pedalaman Sumatera Selatan. ?Lembaga? ini sebetulnya manifestasi dari tawar-menawar antara Jepang dan Pemerintah Republik. Intinya, Republik menjamin keamanan dan akan memasok bahan makanan bagi tentara Jepang.

Pemerintah Republik di Sumatera Selatan kemudian membentuk Perusahaan Minyak Republik Indonesia (Permiri) yang personelnya berasal dari Lasykar Minyak. Siasat ini berhasil baik. Ketika Jepang meninggalkan Palembang, Permiri berhasil mengambil alih Kilang Plaju dan Sungai Gerong, sebelum kedudukan Sekutu ?yang dib oncengi NICA akibat perjanjian Inggris-Belanda, Civil Affairs Agreement, 24 Agustus 1945? di daerah ini efektif pada Maret 1946. Seiring perkembangan zaman, Permiri kemudian berubah menjadi Permina hingga akhirnya menjadi Pertamina seperti saat ini.

Gerakan Politik Nasionalisasi aset penting yang berada di Indonesia oleh Bung Karno, berhasil ?merebut? Kilang Plaju. Pemerintah RI membeli kilang itu dari Shell. Pasca-Bung Karno, Kilang Sungai Gerong yang dimiliki Stanvac juga dibeli Pemerintah pada tahun 1970.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Masjid Sungai Lumpira

Masjid ini terletak di 9/10 Ulu, masjid tua 1259 H (sekitar 200 tahun), arsitekturnya sangat mirip dengan masjid-masjid yang dibangun pada masa itu seperti masjid Agung SMB II, Masjid Ki Marogan, Masjid Lawang Kidul dan Masjid Syuro Masjid ini terletak di 9/10 Ulu, masjid tua 1259 H (sekitar 200 tahun), arsitekturnya sangat mirip dengan masjid-masjid yang dibangun pada masa itu seperti masjid Agung SMB II, Masjid Ki Marogan, Masjid Lawang Kidul dan Masjid Syuro.

Masjid ini juga sedang dalam perbaikan dan di tingkatkan, kapasitas ruang utama 580 jamaah, di bagian yang ruang utama juga bisa menampung sampai 600 orang. Di sekeliling masjid ini banyak rumah-rumah tradisional yang umurnya hampir sama dengan umur masjid ini

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Makam Sultan Agung

Lokasi : Kawasan 1 Ilir

Kompleks Makam Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1718-1727 M) merupakan salah satu kekayaan arkeologi di Kota Palembang. Kompleks ini terdapat di kawasan Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, berbatasan dengan lingkungan PT Pusri (ada sebuah masjid, yaitu Masjid Sultan Agung yang menjadi jarak antara).

Karena perkembangan kota, letak kompleks makam yang merupakan bagian dari Kota Plembang Lamo ini sekarang bersebelahan pula dengan Kantor Kelurahan 1 Ilir (sebelah selatan). Sebagaimana layaknya kompleks pemakaman kuno lain di Palembang, Kompleks Makam Sultan Agung berjarak sekitar 45 meter dari tepian sungai, yaitu Sungai Musi.

Posisi tanahnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Ia adalah sultan ketiga di Kesultanan Palembang Darussalam. Dengan demikian, makamnya pun terpisah dari kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo itu.

Di kompleks makam ini, terdapat dua deret makam, yaitu deretan di sebelah utara dan selatan yang masing-masing terdiri atas empat makam. Makam di deretan utara, satu makam utama karena letak tanahnya lebih tinggi dibandingkan makam-makam lainnya. Saat ini dibangun pula semacam bangunan pelindung. Ini adalah makam Sultan Agung. Makam ini diapit oleh dua makam yang nama di nisannya tidak terbaca.

Ditambah pula dengan satu makam yang nisannya dari unglen dan kini dalam kondisi kurang bagus. Di kelompok makam kedua, terdapat satu makam yang dikenal, yaitu Raden Tubagus Karang. Tokoh ini adalah panglima perang dari Banten, kakak kandung Raden (Tu)Bagus Kuning yang makamnya berada di kawasan Patrajaya, bersebelahan dengan Kompleks Pertamina Baguskuning, Kelurahan Baguskuning, Kecamatan Plaju.

Sultan Agung memerintah di Kesultanan Palembang Darussalam selama hampir sepuluh tahun sebelum Kekuasaan dikembalikan kepada Pangeran Jayo Wikramo atau Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada tahun 1727 M. Proses peralihan kekuasaan pada masa ini cukup menarik.

Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1718 M) merasa bahwa harus turun tahta, dia menyerahkan tahta di Kraton Beringin Janggut. Saat itu, putra-putranya masih sangat muda. Karena itu, tahta diserahkannya kepada adiknya, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno.

Pangeran Jayo Wikramo akhirnya meninggalkan Palembang dan bertualang di wilayah Nusantara hingga mencapai Negeri Cina. Saat berada di Malaysia, pada tahun 1727, dia merasa sudah memiliki cukup kekuatan untuk mengambil kembali haknya. Sejarah mencatat, penyerahan kembali tampuk kekuasaan dari Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno kepada kemenakannya itu berlangsung damai.

Back To Tempat Wisata Lainya:

PT. Pusri

Sejarah Pusri
PT Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang, Sumatera Selatan. PT Pusri merupakan Pabrik Urea pertama di Indonesia. Bermula dengan satu unit pabrik berkapasitas 100 ribu ton urea per tahun. Perusahaan mengalami perkembangan pesat sepanjang tahun 1972 hingga kini dengan dibangunnya beberapa pabrik baru sehingga meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 2,26 juta ton urea per tahun.

Mengiringi pembangunan pabrik-pabrik baru dan bersamaan dengan munculnya sejumlah pabrik pupuk lain di Indonesia, PT Pusri mulai mengubah orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan bantuan pinjaman Bank Dunia, PT Pusri membangun jaringan distribusi dan pemasaran - berikut sarana dan prasarana pendukungnya hingga menjangkau segenap pelosok Nusantara.

Sejak tahun 1979 pemerintah menugaskan PT Pusri untuk melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi ke seluruh wilayah Indonesia hingga dibebaskannya tata niaga pupuk, serta saat ini pemerintah memutuskan dibentuknya rayonisasi wilayah pemasaran dan distribusi pupuk bersubsidi mulai tahun 2003.

Di samping membangun kompetensi di bidang distribusi dan pemasaran, perusahaan juga memberikan perhatian khusus kepada pembinaan SDM dalam proses alih teknologi untuk menangani pemeliharaan dan pembangunan pabrik pupuk secara swakelola.

Sebagai cikal bakal industri pupuk nasional, PT Pusri merupakan pemasok tenaga-tenaga ahli perpupukan yang handal bagi perusahaan-perusahaan pupuk Indonesia yang didirikan kemudian. Banyak tenaga ahli PT Pusri yang dipercaya memberikan bantuan konsultasi dalam berbagai masalah di pabrik-pabrik pupuk di dalam negeri maupun mancanegara.

PT Pusri juga mengembangkan usaha-usaha bernilai tambah tinggi, yaitu jasa-jasa teknologi yang terkait dengan bisnis ini. Misalnya, teknologi proses produksi ACES 21 yang dikenal efisien dan hemat energi - hasil riset dan pengembangan PT Pusri bekerjasama dengan Toyo Engineering Corporation (TEC) dari Jepang. ACES 21 merupakan sebuah inovasi dengan visi berjangkauan jauh ke depan yang menjadikan PT Pusri sebagai produsen pupuk yang memiliki technical know-how dalam pengelolaan dan pemeliharaan pabrik pupuk secara efisien.

Kombinasi keunggulan di bidang produksi, distribusi dan pemasaran, SDM dan teknologi menjadikan PT Pusri sebagai pemain terdepan dalam industri pupuk nasional.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Kamar Bola

Lokasi : kasawan Komplek Pertamina Plaju


Gedung yang terdapat di Kompleks Pertamina Plaju ini sekarang bernama Gedung Patra Ogan. Sebelumnya, setidaknya hingga awal tahun 1990-an, gedung ini merupakan salah satu dari tiga bioskop yang ada di dalam lingkungan perumahan pekerja Pertamina. Namanya saat itu, Ogan Theater. Dua bioskop lainnya adalah Balai Ria dan Aneka Ria.

Pada masa penjajahan Belanda, gedung yang letaknya di tepi Sungai Musi ini merupakan Societeit. Gedung ini merupakan salah satu dari beberapa gedung serupa yang dibangun oleh Pemerintah Kota (Haminte) Palembang.

Dikawasan Seberang Ilir, Societeit atau Balai Pertemuan, yang lebih sering disebut Kamar Bola ini dibangun di dekat Benteng Kuto Besak (saat ini lokasi Gedung Balai Pertemuan Umum yang menjadi Kantor Dinas Polisi Pamong Praja Palembang dan Balai Prajurit). Sementara di kawasan Seberang Ulu, Societeit dibangun di Plaju dan Sungai Gerong (saat ini Gedung Sasana Ria).

Kala itu, kedua kawasan ini sudah menjadi kompleks perumahan para pegawai Kilang Minyak Plaju dan Kilang Minyak Sungai Gerong. Fungsi gedung ini adalah sebagai tempat pesta para pembesar Belanda dan dilengkapi beragam permainan serta pertunjukan. Pada hari-hari tertentu, seperti halnya Societeit di Batavia kala itu, digelar pesta dansa.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Dermaga Boom Baru

Lokasi : Di tepian Sungai Musi

Pelabuhan Palembang yang dikenal sebagai Boom Baru (boom: pelabuhan) merupakan pelabuhan pengganti yang didirikan Belanda pada pada tahun 1924 dengan penguasa pelabuhan yang disebut sebagai Haven Meester. Sebelumnya, pelabuhan yang melayani pelayaran kapal-kapal besar (Samudera) berada di kawasan Sungai Rendang (dekat kawasan 16 Ilir saat ini). Fungsi pelabuhan ini, ditetapkan oleh Pemerintah Belanda dengan Staatblaad 1882 No. 240.

Karena perkembangan perdagangan di Palembang apalagi di kawasan 16 Ilir makin pesat, arus keluar masuk kapal pun makin meningkat yang mengakibatkan pelabuhan ini tidak mampu lagi menampung arus kapal berikut bongkar muatnya.

Pemerintah pun mengambil kebijakan untuk memindahkan pelabuhan tersebut. Proses pemindahan pelabuhan ini sudah beberapa kali dilakukan. Pada tahun 1821, setelah Belanda berhasil menguasai Palembang, pelabuhan dibangun di depan Benteng Kuto Besak sekarang Perbekalan dan Angkutan Komando Daerah Militer (Bek Ang Kodam) II Sriwijaya dan dikenal sebagai Boom Jati.

Pemindahan kembali dilakukan pada tahun 1914, dengan letak lebih ke hilir, yaitu kawasan Sungai Rendang, yang kini dikenal sebagai Gudang Garam. Pemindahan pelabuhan ke Boom Baru, ditetapkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda lewat Staatblad Tahun 1924 No. 545.

Pelabuhan ini terletak di antara Sungai Lawang Kidul dan Sungai Belabak. Kala itu, pelabuhan memiliki panjang dermaga sekitar 250 meter. Selain dermaga, di tempat ini juga ada Kantor Doane atau Bea Cukai yang posisinya terapung.

Pelabuhan Palembang mengalami perkembangan yang sangat pesat, dapat dilihat pada perbandingan catatan statistik arus keluar masuk kapal dan bongkar muat kapal antara tahun 1880 (Boom Jati) dan 1929 (Boom Baru). Pada tahun 1880, jumlah kapal yang beraktivitas di pelabuhan sebanyak 177 unit dengan volume barang 30.330 meter kubik (kini dalam ukuran TEUS). Sementara tahun 1929, jumlah kapal 1.559 unit dan barang (4.050.408 meter kubik).

Dermaga saat ini yang dikelola oleh PT Pelindo di Boom Baru adalah Dermaga I sepanjang 475 m, lebar 10,5 m dengan kapasitas 3 TEUS per meter persegi dalam 7 LWS. Lapangan penumpukan peti kemas (container field)-nya seluas 8.173 meter persegi. Kemudian, Dermaga II sepanjang 265 m, lebar 19,5 meter dengan kapasitas 3,2 TEUS per meter persegi dalam 9,2 LWS. Ini didukung lapangan penumpukan peti kemas seluas 36.000 meter persegi. Saat ini, selain telah didukung oleh fasilitas canggih, pihak pelabuhan juga berencana melakukan pengembangan, baik luas maupun fasilitasnya sehingga sesuai dengan ketentuan pelayaran internasional.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Upacara Pernikahan

Adat perkawinan Palembang adalah suatu pranata yang dilaksanakan berdasarkan budaya dan aturan Palembang.

Melihat adat perkawinan Palembang, jelas terlihat bahwa busana dan ritual adatnya mewariskan keagungan serta kejayaan raja-raja dinasti Sriwijaya yang mengalaimi keemasan berpengaruh di Semananjung Melayu berabad silam.

Pada zaman kesultanan Palembang berdiri sekitar abad 16 lama berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot, bibit dan bebet. Pada masa sekarang ini perkawinan banyak ditentukan oleh kedua pasang calon mempelai pengantin itu sendiri.


[Back]

Kerajinan Tangan

Pusat kerajinan ukiran kota Palembang
Produksi ukiran kota Palembang ini mempunyai corak tersendiri di bandingakan dengan daera lain, Produsi mulai dari asbak rokok, lemari hias, tempat tidur dan ukiran kayu lainnya berlokasih di Kelurahan 19 Ilir Kecamata Bukit Kecil.

Pusat Kerajinan Makanan Khas Kota Palembang
Kota Palembang makanan Khas Palembang di antanya kerupuk, kemplang, tekwan, dan pempek lainnya banyak di kelolah oleh masarakat di kawasan daerah seberang Ulu (Kecatan Kertapati, Kecamatan Sebrang Ulu I – Ulu II dan Kecamata Plaju). Makanan khas itu saat ini dengan inovasi teknologi (diawetkan ) dapat di kemas seagai oleh-oleh, bagi pelancong yang dating di bumi Sriwijaya.


[Back]

Kesenian Daerah

SENI TARI
Seni tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah demikianjuga kota Palembang memeiliki bebagai tarian baik tradisional maupun modern yang merupakan hasil dari kreasi dari seniman lokal. Tari tradisional antara lain:

Tari Gending Sriwijaya
Tari ini di tampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu Agung seperti Kepala Negara, Duta Besar dan tamu-tamu Agung lainya. Tari Gending Sriwijaya hampir sama dengan Tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari, jumlah penari dan jumlah perlengkapan yang di pakai.

Penari Gending Sriwijaya seluruhnya 13 orang terdiri dari:

• Satu orang penari utama pembawa tepak (tempat kapur sirih)
• Dua orang penari pembawa paridon (perlengkapan paridon)
• Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga di kiri)
• Satu orang pembawa payung kebesaran( dibawa orang pria)
• Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya
• Dua orang pembawa tombak (Pria)

Tari Tanggai
Tari tanggai di bawakan pada saat penyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umunya tari ini di bawakan oleh lima orang dengan memakai pakaiyan khas daera seperti Kain Songket, Dodotan, Pendik, Kalung, Sanggul Malang, kembang urai atau rampai, tanjung cempako kembang goyang dan tanggai ini berbentuk kuku dan tembuat dari lempengan tembaga.

Tari Tenun Songket
Tari ini menggambarkan kegiata remaja putri khusunya dan para ibu rumah tangga di palembang pada umumnya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket.

Tari Mejeng Besuko
Tari ini melukiskan kesukariaan pada remaja dalam suatu pertemuan mereka. Mereka bersenda gurau menganjuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang di antara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini.

Tari Rodat Cempako
Tari ini merupak tari rakyat bernafaskan Islam. Gerak dasar tari ini di ambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti dengan dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah.

Tari Mandik (Nindai)
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabilah akan memiliki calon, orang tua pria terlebih dahulu datang kerumah seorang wanita dengan maksut melihat dan menilai (mandik dan nindai) gadis yang dimaksut. Hal yang dinilai atau di tandai itu. Antara kepribadiannya seperti kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindai ini di harapkan bahwa apabila si gadis di jadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan merekan akan lenggeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria.

DUL MULUK

Dul Muluk adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Sumatera Selatan. Biasanya kesenian Dulmuluk ini di pentaskan pada acara yang bersipat menghibur, seperti pada acara: pernikahan, Pergelaran Seni Tradisional dan panggung hiburan.

BANGSAWAN
Merupakan bentuk teater tradisional yang lahir sesuda teater Dulmuluk dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sumber cerita bebas namun bersifat istana sentries
2. Sifat cerita tragedi (sedih)
3. Pemeran cerita di perankan oleh jenis kelamin sesungguhnya
4. Seting cerita di sesuaikan dengan kebutuhan cerita.

WAYANG PALEMBANG
Wayang Palembang merupakan warisan dari kesenian jawa yang ceritanya sama dengan wayang yang ada di Pulau Jawa, namun bahasa yang digunakan adalah bahasa Palembang. Wayang Palembang aktif dimainkan di RRI stasiun Palembang.

[Back]

Pemkot Siapkan Tambahan Anggaran Rp20 M

PALEMBANG – Kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 15 persen sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 8/2009 tentang Perubahan Kesebelas atas PP No 7/1977 tentang Peraturan Gaji PNS, besok (1/4), siap dicairkan. Pemerintah Kota (Pemkot) telah menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar bagi sekitar 17.000 PNS.

“Sudah kita siapkan tambahan sesuai jumlah PNS di lingkungan Pemkot,” kata Kepala Bagian (Kabag) Keuangan Setda Kota Palembang, M Hoyin R SE MM, melalui Kasubag Kebendaharaan, M Yusran Yusuf di ruang kerjanya kemarin (30/3).

Ia menjelaskan, tambahan Rp20 M terdiri dari gaji bulan April sebesar Rp5 M. Ditambah dengan rapel, terhitung bulan Januari hingga Maret 2009 sebesar Rp15 M.

Melihat data pencairan, kata Yusran, Pemkot tiap bulannya harus melakukan tambahan sebesar Rp5 M. Sebab, sebelum kenaikan hanya dianggarkan Rp43 M setiap bulan. “Adanya kenaikan gaji sebesar 15 persen membuat anggaran bagi gaji PNS tembus Rp48 M/bulan,” tukasnya.

Lanjut dia, pencairan gaji PNS tergantung bendahara masing-masing instansi. Sistem selama ini, bendahara instansi mendatangi Pemkot untuk mendapatkan Surat Perintah Penyerahan Dana (SP2D). Dengan surat tersebut, baru bendahara melakukan pencairan di bank dan mencairkan ke PNS.

Diketahui, mengacu pada PP No 8/2009, gaji PNS terendah mencapai Rp1.040.000. Gaji pokok tersebut khusus untuk PNS golongan I A dengan masa kerja di bawah satu tahun. Naik sekitar 15 persen dari gaji sebelumnya Rp931.400.

Nah, dilihat dari lampiran, gaji PNS golongan II A, masa kerja di bawah satu tahun Rp1.151.700 naik menjadi Rp1.320.300. Kemudian, gaji PNS golongan III A, di bawah satu tahun sekarang Rp1.440.600 menjadi Rp1.655.800. Gaji golongan IV A, di bawah satu tahun sekarang Rp1.954.300 naik menjadi Rp1.772.200.

Gaji pokok PNS tertinggi adalah untuk PNS golongan IV E dengan masa kerja selama 32 tahun. Jika dulu hanya Rp2.910.000, ke depan menjadi Rp3.400.000. “Ini baru sebatas gaji pokok. PNS biasanya ada tiga tunjangan. Pertama, tunjangan keluarga, pangan, dan jabatan,” jelasnya. (Source: Sumeks)

Jumat, 27 Maret 2009

Kamis, 26 Maret 2009

Live Camera

Lokasi : AMPERA (Ilir)









Link Dinas Pemerintah Kota

  1. Dinas Perhubungan
  2. Dinas Pekerjaan Umum

  3. Dinas Tenaga Kerja

  4. Dinas Informasi & Komunikasi

  5. Dinas Pendidikan Nasional

  6. Dinas Kesehatan

  7. Dinas Pendapatan Daerah

  8. Dinas Kependudukan & Catatan Sipil

  9. Dinas Kebersihan Kota Dan Pemakaman

  10. Dinas Penerangan Jalan Umum,Pertamanan dan Utilitas

  11. Dinas Kesejahteraan Sosial

  12. Dinas Pertanian

  13. Dinas Penanggulangan Bahaya Kebakaran

  14. Dinas Penanaman Modal Daerah

  15. Dinas Pariwisata & Kebudayaan

  16. Dinas Perindustrian & Perdagangan

Link Pemerintah Kota yang lain:
Kantor Pemerintah Kota
  1. Kantor Koperasi Pengusaha Kecil & Menengah
  2. Kantor Arsip
Link Pemerintah Kota yang lain:

Link Badan Pemerintah Kota


  1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
  2. Badan Kepegawaian Daerah

  3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

  4. Badan Keluarga Berencana & PK

  5. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan


Link Pemerintah Kota yang lain:

Selasa, 24 Maret 2009

Situs Terkait lainnya:

Pemerintah RI

- Pemerintah Republik Indonesia
- Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia

Lembaga-lembaga Negara

- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Dewan Perwakilan Rakyat
- Dewan Perwakilan Daerah
- Mahkamah Konstitusi
- Mahkamah Agung
- Badan Pemeriksa Keuangan

Komisi komisi Negara

- Komisi Pemberantasan Korupsi
- Komisi Yudisial
- Komisi Pemilihan Umum
- Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
- Komisi Perlindungan Anak Indonesia
- Komisi Ombudsman

Departemen

- Departemen Komunikasi & Informasi
- Departemen Dalam Negeri RI
- Departemen Luar Negeri
- Departemen Pertahanan
- Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
- Departemen Keuangan
- Departemen Perdagangan
- Departemen Perindustrian

Kementerian/Lembaga Setingkat Menteri

- Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan
- Kementerian Koordinator Perekonomian
- Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
- Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
- Kementerian Negara Riset dan Teknologi/BPPT

Militer/Polisi

- Kodam II Sriwijaya
- Departemen Pertahanan RI
- Mabes TNI
- TNI Angkatan Darat
- TNI Angkatan Laut
- TNI Angkatan Udara
- Polisi Republik Indonesia
- Polisi Daerah Sumatera Bagian Selatan

Lembaga-Lembaga Pemerintah Non-Departemen

- Arsip Nasional Republik Indonesia
- Badan Akuntansi Keuangan Negara
- Badan Intelijen Negara
- Badan Kepegawaian Negara
- Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Pemerintah-Pemerintah Propinsi

- Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
- Provinsi Bangka Belitung
- Provinsi Bengkulu
- Provinsi Lampung
- Provinsi Jambi
- Provinsi DKI Jakarta

Pemerintah Daerah di Sumsel

- Pemerintah Kabupaten Musi Rawas
- Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
- Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir
- Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu
- Pemerintah Kabupaten Muara Enim
- Pemerintah Kota Prabumulih
- Pemerintah Kota Lubuk Linggau
- Pemerintah Kabupaten Banyuasin
- Pemerintah Kabupaten Lahat
- Pemerintah Kota Pagaralam

BUMN/BUMD/Perusahaan

- Plado Web Kreasi
- PT. Pupuk Sriwidjaja
- PT. Pertamina UP-3
- CV. Digital Kreasi
- PT. Multi Data Palembang
- PT. Elektrindo Data Nusantara
- PT. Inti Komputer

Bank

- Bank Indonesia

Organisasi/LSM

- Pusat Data & Informasi Daerah Rawa dan Pesisir Sumsel
- Rumah Zakat Indonesia
- Vita Helvetica - Pusat Kebudayaan Swiss di Palembang

Akademi/Univeristas

- Universitas Sriwijaya
- Politeknik Negeri Sriwijaya
- Universitas Bina Darma
- STMIK MDP
- STMIK IGM
- STMIK - Politeknik Palcomtech
- STIKES Muhammmadiyah Palembang

Sekolah

- SMU Negeri 17 plus
- SMU - SMP Kumbang Palembang

Media

- Harian Sumatera Express
- Harian Sriwijaya Post

Taman Wisata Punti Kayu

Hutan Wisata Punti Kayu ini dapat di Jangkau dengan kendaraan umum Trayek km 12 yang letak nya sekita 7 km dari pusat kota dengan luasnya sekita 50 ha. Sejak tahun 1938 telah di tetapkan sebagai hutan.

Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara Propinsi Sumatera Selatan dan Departemen Kehutanan. Hutan Punti Kayu menjadi hutan wisata dengan menambah beberapa sarana wisata.
Taman wisata punti kayu di bagi atas 4 wilayah, yaitu :
  • Wilayah taman rekreasi yang mempunyai fasilitas :
  1. Kolam renang
  2. Tempat berteduh
  3. Pos keamanan dan pos rekreasi
  4. Kebun Binatang
  5. Sarana olahraga
  6. Ruang Serbaguna
  • Wilayah Hutan Lindung
  • Wilayah Perkemahan
  • Wilayah Danau dan Rawa
Back To Tempat Wisata Lainnya;

Rumah Limas

Rumah limas merupakan prototipe Rumah Palembang, selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah ini memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
  • Atapnya berbentuk limas
  • Badan Rumah berdiding papan, dengan pembagian ruang yang telah ditetapkan (standar) bertingkat-tingkat (Kijing)
  • Seluruh atap dan dinding serta lantai rumah bertopang di atas tiang-tiang yang tertanam di tanah.
  • Mempunyai ornament dan ukiran yang menampilkan charisma dan identitas rumah tersebut.
Kebanyakan Rumah Limas luasnya mencapai 400 sampai1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan di atas tiang-tiang kayu onglen dan untuk rangka digunakan kayu tembesu. Pengaruh Islam nampak pada ornament maupun ukiran yang terdapat pada rumah limas. Simbar (Platy Cerium Coronarium) menjadi simbul utama dalam ukiran tersebut.

Filosofis tempat yang tinggi adalah suci dan terhormat terlihat pada arsitektur Rumah Limas. Ruang utamanya adalah ruang Gajah (bahasa Kawi = balairung) terletak di tingkat teratas dan tepat di bawah atap limas yang di topang oleh alang sunan dan Sako Sunan. Di Ruang Gaja terdapat Amben (balai/tempat musawarah)yang terletak tinggi dari ruang gajah (±75 CM).

Ruang ini merupakan pusat dari Rumah Limas Baik untuk Rapat, kehidupan serta dekorasi. Sebagai pembatas ruang terdapat sebuah lemari yang dihiasi sehingga show window/atlege dari kekayaan pemilik rumah.

Pengkeng (Bilik Tidur) terdapa di dinding rumah, baik di kanan muapun di kiri. Untuk memasuki bilik atau pengkeng ini kita harus melalui demper (kotak) yang telah di pintu yang berfungsi sebagai tempat penyimpan peralatan rumah tangga.

Pada ruangan belakang dan gajah terdapat pawon (dapur) yang tingkatnya sama dengan lantai gegajah tetapi tidak lagi di bawah naungan atap sesisir.

Dengan bentuk ruang dan lantai-lantai berkijing-kijing tersebut maka Rumah Limas adalah rumah secara alami mengatur keprotokolan yang rapi, tempat duduk para tamu disaat sedekah sudah ditentukan berdasarkan status sosial tamu tersebut di masyarakat.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Makam Ki Gede Ing Suro

Makam Ki Gede Ing Suro Terdapat di Kelurahan 1 Ilir Kecamatan Ilir Timur II dibangun pada pertengahan abad XVI. Di sini terdapat 8 bangunan yang berisi 38 kuburan ini buah kuburan di antaranya terdapat kuburan Ki Gede Ing Suro Yang Cikal Bakal Raja-raja Di Palembang.

Menurut sejarah pada abad 16 seorang bangsawan Jawa bernama Sido Ing Lautan datang ke Palembang bersama pengikutnya. Kemudian beliau digantikan oleh putranya yang bernama Ki Gede Ing Suro pada tahun 1552 dan mendirikan kerajaan di Palembang. Dengan gelar KI Gede Ing Suro Mudo. Sekitar tahun 1565 -1567 Ki Gede Ing Suro Mudo. Serta pengikutnya meninggal dunia dan di kebumikan di kompleks.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Bagus Sekuning

Daerah ini terletak di Kecamatan Seberang Ulu II tepatnya Di Komplek Bagus Kuning Plaju yang merupakan makam ratu Bagus Kuning dan sampai sekarang masih dikeramatkan karena menurut lagenda Ratu Bagus Kuning orang yang sakti dan sebagai penyambung risalah Rasullah melalui para wali untuk menyebarkan Agama Islam di daerah yang dikuasainya yaitu Batang Hari Sebilan pada abat XVI. Beliu mempunyai pengikut atau penghulu sebanyak 12 orang yaitu:

1. Penghulu Gede
2. Datuk Buyung
3. Kuncung Emas
4. Panglima Bisu
5. Panglima Api
6. Syekh Ali Akbar
7. Syekh Maulana Malik Ibrahim
8. Syekh Idrus
9. Putri Kembang Dadar
10. Putri Rambut Selako
11. Bujang Juaro
12. Anonim

Ratu Bagus Kuning hingga hayatnya tidak pernah menikah dan tidak pernah haid (tetap suci) selain itu kita dapat melihat monyet/kera yang menurut cerita keturunan siluman kera yang pada waktu bertanding dengan Ratu Bagus Kuning mengalami kekalahan sehingga siluman kera bersumpah keturunannya akan menjadi pengikutnya yang setia.

Hingga saat ini kera-kera tersebut ada, dan jumlahnya masih sama.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Pulau Kemaro


Di tengah Sungai Musi terdapat sebuah pulau bernama Pulau Kemaro. Nama pulau tersebut berarti pulau yang tidak pernah tergenang air, walaupun air pasang besar, pulau tersebut tidak pernah kebanjiran dan akan terlihat dari kejauhan terapung-apung di atas perairan Sungai Musi.

Pulau ini mempunyai legenda tentang kisah cinta “Siti Fatimah Putri Raja Palembang yang dilamar oleh anak Raja China yang bernama Tan Bun Ann”. Sarat yang diajukan Siti Fatimah pada Tan Bun Ann adalah Menyediakan 9 Guci yang berisi Emas, keluarga Tan Bun Ann menerima sarat yang diajukan. Untuk menghidari dari bajak laut saat di perjalanan membawa emas dari negara China maka emas yang di dalam guci ditutupi dengan asinan dan sayur, ketika kapal tersebut tiba di Palembang Tan Bun Ann memeriksa guci tersebut yang telah ditutupi asinan dan sayur, dengan rasa marah dan kecewa maka seluruh guci tersebut di buang ke sungai Musi. Tetapi pada guci terakhir terhempas pada dinding kapal dan pecah berantakan dan terlihatlah kepingan emas yang ada didalamnya.

Rasa penyesalan membuat anak raja China tersebut mengambil keputusan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Melihat kejadian tersebut Siti Fatimah ikut menerjunkan diri ke sungai sambil berkata “jika ada tanah yang tumbuh di sungai ini maka itulah kuburan saya”. Di pulau ini terdapat sebuah kelenteng Bhudah yang selalu di kunjungi penganutnya terutama pada perayaan Cap Go Meh yang tidak hanya masyarakat keturunan Tiong Hoa di Kota Palembang tetapi dari berbagai daerah di Indonesia Bahkan dari Mancanegara seperti Singapura, Hongkong, RRC, dan Lain-lain. Kita dapat kepulai ini menggunakan transportasi air seperti ketek, Speedboat, Kapal Wisata Putri Kembang Dadar, Sigentar Alam dan perahu Negara dari dermaga Wisata Benteng Kuto Besak (BKB) atau dari pabrik Intirup.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Pasar 16 Ilir


SEBELUM "campur tangan" Kolonial Belanda, sebelum abad ke-20, kawasan Pasar 16 Ilir dulunya merupakan pemukiman tepian sungai. Di kawasan ini, terdapat Sungai Tengkuruk, yang merupakan salah satu anak Sungai Musi, yang salah satu bagiannya bertemu dengan Sungai Kapuran. Sementara Sungai Kapuran, bertemu pula dengan Sungai Sekanak.

Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai -terutama Sungai Musi- merupakan lokasi "favorit" untuk pemukiman, mengingat saat itu jalur transportasi adalah air. Perahu-perahu yang berasal dari pedalaman (hulu) dengan tujuan utama berdagang, menjadikan Sungai Tengkuruk sebagai tempat singgah. Hingga sekitar tahun 1910, Sungai Tengkuruk masih "normal".

Di atas sungai itu, terdapat jembatan dan tangga-tangga yang menghubungkannya dengan daratan. Jika dilihat dari arah pertigaan Jl. Masjid Lama (saat ini), di sepanjang tepian sungai sebelah kiri, berjajar pertokoan. Sedangkan di bagian kanan, tampak rumah-rumah panggung.

Di bagian lain sungai itu, tampaklah tangga raja (hingga kini masih dinamakan demikian meskipun sudah tak ada lagi sungai dan tangganya). Tangga ini berfungsi sebagai tempat naik turunnya para pembesar Kesultanan Palembang Darussalam.

Seperti lazimnya perkembangan pasar saat ini, perdagangan di Pasar 16 Ilir berawal dari "pasar tumbuh", yang terletak di tepian Sungai Musi (sekarang Gedung Pasar 16 Ilir Baru hingga Sungai Rendang, Jl. Kebumen). Pola perdagangan di lokasi itu, setidaknya hingga awal 1900-an, dimulai dari berkumpulnya pedagang cungkukan (hamparan), yang kemudian berkembang dengan pembangunan petak permanen.

Untuk kawasan Pasar Baru (hingga kini masih bernama Jl. Pasar Baru), yang saat itu sudah berderet bangunan bertingkat dua, yang bagian bawahnya menjadi tempat berjualan. Los-los mulai dibangun sekitar tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939.

Sementara itu, muara Sungai Rendang, menjadi salah satu "dermaga" pilihan perahu kajang (perahu beratap) berlabuh. Perahu, yang sekaligus menjadi tempat tinggal, ini membawa hasil bumi dari daerah di hulu Sungai Musi untuk diperdagangkan di Pasar 16 Ilir. Ini terjadi setelah pengembangan ekonomi dan kawasan, didahului pembangunan Pasar Sekanak yang masa itu disebut sebagai Pasar Ikan, tidak lama setelah penguasaan Belanda atas Palembang, tahun 1821.

SEKIRANYA tidak terjadi perang Palembang-VOC pada tahun 1658 dan 1659, barangkali "pusat pasar tradisional" Palembang bukan di 16 Ilir dan sekitarnya. Tapi ini mungkin menjadi pusat pemerintahan.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Senin, 23 Maret 2009

Makam Kawah Tekurep

Bangunan ini merupakan atap dari beton yang berbentuk kuali tertelungkup/terbalik. Tempat ini di bangun pada tahun 1758 oleh Sultan Mahmud Badarudin Jayo Wikramo (Sultan Mahmud Badaruddin I) yang memerinta pada tahun 1724 -1758.

Di komplek ini selain Sultan mahmud Badaruddin I di makamkan juga Imam (Guru Beliau) yaitu Imam Sayid Idrus Al Idrus yang berasal dari Yaman Selatan serta para istri beliu yaitu :
1. Ratu Sepuh
2. Ratu Agung
3. Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio)
4. Nyimas Naimah
Komplek makam ini terletak di Kelurahan 3 Ilir Kecamatan Ilir Timur II Palembang.

Back To Tempat Wisata Lainya:

Kuliner

MAKANAN RINGAN / SNACK

1. Ketan Dadar Jiwo
2. Mentur
3. Bugis
4. Kuepau
5. Apem
6. Apem Banyu
7. Gunjing
8. Putu Embun
9. Putu Mayang
10. Telok Ikan
11. Blunder
12. Ketan
13. Ketan Punar
14. Klepon
15. Cucur
16. Bodem
17. Gelenak
18. Engkak Kecut
19. Engkak Medok
20. Engkak Ketan


PEMPEK

1. Pempek Telok (Kapal Selam)
2. Pempek Tahu
3. Pempek Lenggang
4. Pempek Kates
5. Pempek Lenjer
6. Pempek Panggang
7. Pempek Adaan
8. Pempek Kerupuk
9. Model Tekwan


• Laksan
• Celimpungan
• Burgo
• Lakso
• Ketelo
• Kerupuk
• Kelasan Kerupuk
• Kelempang
• Kelempang Tunu


MAKANAN UTAMA / MAIN DISH

1. Nasi / Rice
2. Nasi Minyak / Rice Boiled with Water Containing Cooking Oil
3. Nasi Kebuli / Rice Cooked With Curry
4. Nasi Gemuk / Rice Cooked With Coconut Milk
5. Ketan Tumis / Sticky Rice Cooked Fried


SAMBEL / CHILLY SAUCE
1. Sambel Caluk / Terasi – Chilly Sauce Mixed With Pounded and Fermented Shrimp
2. Sambel Campur / Buah – Chilly Sauce Mixed With Pineapple, Mango, Small Tomato
3. Sambel Tumis/ Sambel Cenge – Fried Chilly Sauce
4. Sambel Tempoyak – Chilly Sauce Mixed With Durian
5. Others

Minggu, 22 Maret 2009

Kamis, 19 Maret 2009

Mesjid Lawang Kidul



Pembangunan Mesjid Lawang Kidul ini merupakan buah pikiran dan sekaligus pendirinya untuk menanggulangi membeludaknya jemaah yang tidak tertampung di Masjid Agung, apalagi saat itu tranfortasinya satu-satunya adalah sungai Musi. Masjid ini di bangun oleh Masagus Mahmud, yang terkenal dengan sebutan Ki Marogan, berlokasi di tepian sungai musi kelurahan 5 Ilir.

Back To Tempat Wisata Lainnya:
ALUR PROSES IKPB



ALUR PROSES IPR


ALUR PROSES IPPT



Alur Proses IMB

Rabu, 18 Maret 2009

Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)


Bangunan ini terletak di Pusat Kota tepatnya di depan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin. Lokasi ini dulunya merupakan basis pertempuran Lima Hari Lima malam.
Peletakan Batu Pertama dan pemancangan tiang bangunan dilakukan pada 17 Agustus 1975 dan diresmikan pada tanggal 23 Februari 1988 oleh Menko Kesra Alamsyah Ratu Perwira Negara.
Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan dalam pertempuran Lima hari Lima Malam di Palembang dalam melawan Belanda. Di dalam Museum ini kita dapat menyaksikan berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut termasuk berbagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya. Ini juga situs yang pantas untuk mendapatkan lirikan wisatawan. Mau berkunjung?

Back To Tempat Wisata Lainnya:


Kantor Ledeng


Kantor ini berlokasi di Jl. Merdeka. Saat ini difungsikan sebagai kantor walikota Palembang. Bentuk bangunannya seperti yang bisa kita saksikan pada gambar berikut, sangat kental dengan arsitektur gaya Belanda.

Asal muasal bangunan ini adalah menara air (water tower). Gedung ini dibangun pada 1929, yang di rancang oleh Ir. S. Snuijf. Bangunan – dengan ketinggian 35 meter dan luasnya 250 meter2 dan bak tampungnya berkapasitas 1.200 meter3 ini – fungsi utamanya adalah untuk menyuplai air bersih, yang pendistribusiannya menggunakan daya gravitasi bumi. Kala itu walikota Palembang dijabat oleh Ir. R.C.A.F.J. Le Cocq d Armandville.

Ketika tercetus pertama kali ide untuk membangun menara Air ini, yang disebut oleh masyarakat Palembang sebagai Kantor Ledeng, sebenarnya cukup membuat kekaguman di hati banyak orang. Mengingat keuangan Haminte (Gemeente) Palembang kala itu sedang dalam krisis.

Pada 1928 saja, utang Haminte Palembang sudah sangat besar. Untuk pajak jalan dan jembatan saja, mencapai 3,5 ton emas. Belum lagi krisis yang diakibatkan oleh parahnya sistem administrasi.

Pada saat Kemerdekaan RI diproklamasikan, 17 Agustus 1945, gedung ini menjadi saksi jiwa kepahlawanan pemuda-pemuda di Palembang. Para pejuang yang terdiri atas bekas opsir Gyu Gun, yaitu Hasan Kasim, M. Arief, Dany Effendy, Raden Abdullah (Cek Syeh), Rivai, dan lain-lain, bekerja sama dengan kelompok pemuda yang dipimpin Mailan beserta pembantunya, Abihasan Said dan Bujang Yacob. Mereka mengibarkan bendera kebangsaan di empat sisi atas bangunan ini, sehingga membangkitkan semangat perlawanan rakyat untuk bebas dari belenggu penjajah.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Mesjid Agung


Tak jauh dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin ini, berdiri sebuah Mesjid yang indah. Mesjid Agung yang juga merupakan Mesjid kebanggan wong Plembang. Bila kita telusuri sejarahnya ternyata mesjid ini mengalami beberapa kali renovasi. Dengan usianya yang sudah lumayan tua (hampir 3 abad), wajarlah kalau mesjid ini menjadi salah satu heritage leluhur yang perlu dijaga.

Konon, peletakan batu pertama mesjid ini dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, pada hari Senin, 1 Jumadil Akhir 1151 H (1748), dan masa pembangunan memakan waktu sepuluh tahun. Dan selesai pada hari Senin 28 Jumadil Awal 1161 H (1748M).

Bangunan Mesjid ini, pada awalnya hampir menyerupai persegi empat yaitu 30x36 meter. Atapnya berbentuk tumpung, terdiri dari tiga tingkat yang melambangkan filosofi keagamaan, atapnya yang berundak merupakan pengaruh dari bangunan hindu (candi). Dan mampu menampung 1800 jemaah.

Kala itu mesjid ini belum ada menaranya, barulah pada Tahun 1753 dibuat menara yang beratapkan genteng. Pada 1821, kembali direnovasi, atap menaranya diganti dengan atap sirap dan ditambah ketinggiannya, dengan dibuatkan beranda lingkar. Ukuran mesjid diperluas menjadi 42x54 meter dengan kapasitas 2300 jemaah.

Di tahun 1848 dilakukan perluasan mesjid oleh Pemerintah Kolonial Belanda, perluasan ini diawali dengan perubahan bentuk gerbang serambi masuknya yang memang kala itu masih sangat tradisional.

Di tahun 1874, menara mesjid ini diubah dari bentuk aslinya. Selanjutnya di tahun 1879, mesjid ini kembali dipugar, gerbang serambi masuk dibongkar ditambah serambi terbuka dengan tiang beton bulat sehingga bentuknya seperti pendopo (ala bangunan kolonial). Di tahun 1916, menara mesjid ini disempurnakan lagi.

Pada tahun 1930 diadakan perubahan yaitu menambah jarak pilar menjadi 4 m dari atap. Setelah kemerdekaan tahun 1952 dilakukan perluasan lagi dengan bentuk yang tidak lagi sama dengan aslinya dengan ditambahkan kubah. Pengurus yayasan masjid agung 1945 -1969 meneruskan penambahan ruangan dengan menambah bangunan lantai 2, sehingga kapasitasnya menjadi 9000 jemaah.

Pada tanggal 22 januari 1970 dimulai pembangunan menara baru dengan tinggi 45 meter, bersegi 12 yang dibiayai Pertamina dan di resmikan pada Tanggal 1 Februari 1971. Sejak tahun 2000 Masjid ini di renovasi dan selesai pada tanggal 16 Juni 2003 yang diresmikan oleh Presiden RI Hj. Megawati Soekarno Putri, Masjid ini terletak di Pusat Kota Palembang.

Inilah sekilas mengenai sejarah Mesjid Agung Palembang. Mesjid yang sempat menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Museum Sultan Mahmud Baddaruddin


Museum Sultan Mahmud Badaruddin II berlokasi tidak jauh dari Benteng Kuto Besak. Posisinya tepat di sebelah kiri benteng tersebut. Bangunan ini dibangun pada tahun 1823, di atas reruntuhan keraton Kuto Lamo (keraton ke tiga kesultanan Palembang Darussalam). Pada awalnya (1825) bangunan ini didiami oleh komisaris Hindia Belanda Yohan Isaac van Sevenhoven.

Berbeda dengan bangunan yang didirikan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam yang umumnya memakai bahan kayu, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II memakai bahan bata dan memiliki arsitektur Indis, yang asal katanya adalah Indische Woonhuizen, maksudnya arsitektur yang merupakan asimilasi dari bangunan dengan unsur-unsur budaya barat terutama Belanda dengan budaya lokal.

Selain difungsikan sebagai museum, saat ini bangunan tersebut juga digunakan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang. Meskipun telah mengalami renovasi, namun bentuk asli bangunan tersebut tidak berubah. Perubahan hanya dilakukan pada bagian dalam bangunan dengan menambah sekat-sekat dan penutupan pintu-pintu penghubung. Di depan bangunan ini pun kita bisa mengamati sungai Musi dengan restoran terapungnya yang menarik.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Benteng Kuto Besak


Menurut sejarah, benteng ini digagas oleh Sultan Mahmud Baddaruddin I yang memerintah kesultanan Palembang tahun 1724 sampai dengan 1758. Ini merupakan bangunan keraton, dan menjadi pusat kesultanan Palembang di abad XVII.

Pelaksanaan pembangunannya sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Bahauddin yang memegang tampuk kesultanan dari tahun 1776 sampai dengan 1803. Tepatnya pembangunan benteng ini dimulai tahun 1780 dan selesai tahun 1797. Resmi ditempati pada 21 Febuari 1797.

Benteng ini merupakan keraton ke-4 dari kesultanan Palembang Darussalam. Sebelumnya pusat pemerintahan Kesultanan Palembang ini, terletak di keraton yang disebut Kuto Gawang, yang lokasinya di PT Pusri (PT Pupuk Sriwijaya) saat ini.

Pada Tahun 1651, Belanda menyerbu dan memusnahkan keraton Kuto Gawang, karena penentangan Sultan Palembang terhadap keinginan Belanda untuk memonopoli perdagangan di kota ini. Lalu terpaksalah pusat pemerintahan berpindah ke kawasan Beringin Janggut di tepi sungai Tengkuruk, pasar 16 Ilir saat ini.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I, keraton kesultanan Palembang berpindah lagi ke keraton kuto lamo, yang sekarang sudah menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Keraton Kuto Lamo ini, otomatis, menjadi keraton ketiga dari kesultanan Palembang, sebelum akhirnya berpindah lagi ke Benteng Kuto Besak, sebagai pusat pemerintahan terakhir dari kesultanan Palembang.

Benteng ini dulunya – sebelum ditimbun – dikelilingi oleh sungai, sehingga siapapun yang masuk ke keraton sultan tidak dapat langsung begitu saja. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tak diinginkan, seperti penyerbuan musuh (Belanda) secara tiba-tiba.

Ditilik dari struktur dan pemilihan lokasi Benteng Kuto Besak ini, jelas menunjukkan betapa Sultan Mahmud Badaruddin I begitu cermatnya memikirkan keamanan pusat pemerintahannya (mungkin belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya).

Benteng ini dulunya – sebelum ditimbun – dikelilingi oleh sungai, sehingga siapapun yang masuk ke keraton sultan tidak dapat langsung begitu saja. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tak diinginkan, seperti penyerbuan musuh (belanda) secara tiba-tiba.

Benteng Kuto Besak berbentuk persegipanjang, ukurannya 288,75 m x 183,75 m, menghadap ke tenggara tepat ke Sungai Musi. Setiap sudutnya terdapat bastion, tiga bastion di sudut utara, timur dan selatan berbentuk trapesium sedangkan bastion sudut barat berbentuk segilima. Benteng ini memiliki tiga pintu gerbang, yaitu di sisi timur laut, barat laut dan gerbang utama di sisi tenggara.

Tembok kelilingnya unik, bentuk dinding berbeda-beda pada setiap sisi, demikian juga tingginya. Dinding tembok sisi timur laut tebalnya sama, tinggi dinding tembok depan 12,39 m, sedangkan bagian dalam 13,04 m, hingga membentuk kemiringan yang landai di bagian atasnya. Di dinding bagian ini terdapat celah pengintai berbentuk persegi dengan bagian atas melengkung, dan mengecil di tengahnya. Tampak muka dinding sisi timur laut dan tenggara dihiasi dengan profil.

Dinding tembok sisi barat daya mempunyai dua bentuk berbeda dan di tengahnya ada pintu gerbang. Dinding tembok sisi barat daya bagian selatan, bagian bawah lebih tebal dari atasnya, yaitu 1,95 m dan 1,25 m. Dinding tembok sisi barat daya sebelah utara ketebalan sisi bawah dan atasnya yaitu 2,35 m dan 1,95 m. Ketinggian dinding tembok sisi barat daya ini, secara keseluruhan, dalam dan luarnya sama, yaitu 2,5 m.

Dinding tembok sisi barat laut bentuknya hampir mirip dengan dinding tembok barat daya sebelah selatan. Tebal dinding bawah 1,6 m, dan atasnya 1,15 m. Ketinggian dindingnya 2,25 m.
Untuk lebih detil mengenai struktur bangunan dari Benteng Kuto Besak – yang memiliki nilai sejarah dan merupakan bagunan tempo dulu yang masih tetap berdiri kokoh sampai sekarang – izinkan saya untuk mengundang Anda melihat langsung bangunan yang menjadi kebanggaan wong Plembang, dan mungkin saja kebanggaan Bangsa Indonesia ini.

Di depan Benteng Kuto Besak ini pun, saat ini sudah disediakan kawasan bersantai yang nyaman bagi masyarakat (wisatawan) untuk menikmati suasana di pinggiran sungai Musi. Dengan panorama yang indah langsung ke arah Jembatan Ampera, sungai Musi, rumah-rumah rakit dan perahu-perahu yang hilir mudik.

Back To Tempat Wisata Lainnya: