Senin, 22 Juni 2009

Palembang dan Hari Jadi

KOTA Palembang tahun ini memperingati hari jadinya yang ke 1327. Dengan usianya yang demikian tua, Palembang boleh mengklaim diri sebagai kota tertua di Indonesia. Memang, kenyataannya belum ada kota lain di Indonesia yang lebih tua daripada Palembang. Dasar penetapan hari jadi Palembang diambil dari Prasasti Kedukan Bukit. Pada prasasti itu disebutkan adanya pendirian sebuah wanua atau desa/perkampungan oleh Raja Sriwijaya, Sri Jayanasa. Dalam perkembangan selanjutnya wanua tersebut menjadi kota Palembang sekarang. Pendirian wanua bertepatan dengan tahun 604 Saka atau 682 Masehi.

Penetapan hari jadi suatu daerah (kota, kabupaten, dll) berdasarkan kajian sumber data arkeologi (prasasti) banyak dilakukan di tempat lain. Disamping kajian terhadap sumber prasasti, untuk menetapkan hari jadi suatu daerah dapat dilakukan juga berdasarkan sumber sejarah. Kedua sumber data tersebut (epigrafi dan sejarah) dapat mengenali dan mengungkap hari jadi suatu daerah.

Tujuan pertama dari tiga tujuan arkeologi adalah merekonstruksi sejarah budaya. Salah satu bentuk merekonstruksi sejarah budaya adalah mengetahui umur atau usia suatu budaya, termasuk diantaranya hari jadi daerah/kota. Penetapan kronologi atau pertanggalan dapat dilakukan dengan pertanggalan absolut atau mutlak dan relatif. Sumber tertulis (prasasti) dapat menginformasikan suatu kejadian atau peristiwa secara jelas, bahkan sering kali disertai dengan informasi waktu.

Syarat

Soekarto Kartoatmodjo, seorang epigraf (ahli epigrafi), pernah mengemukakan beberapa syarat untuk menetapkan hari jadi suatu daerah berdasarkan kajian epigrafi/prasasti dan sejarah. Pertama, dicari yang setua mungkin. Kedua, mampu menimbulkan rasa bangga penduduk dan warga masyarakat seluruhnya. Ketiga, mempunyai ôciri khasö atau identitas yang jelas. Keempat, bersifat Indonesia-sentris dan bukan Belanda-sentris.

Disamping beberapa syarat di atas, penetapan hari jadi dilakukan juga dengan melalui prosedur kerja. Prosedur kerja tersebut adalah mencari data arkeologis/historis, menemukan angka tahun, mengkonversikan angka tahun Saka/Hijriah ke angka tahun Masehi, menetapkan tanggal normatif, dan menentukan pilihan-pilihan hari jadi.

Syarat sumber yang setua mungkin merupakan syarat utama untuk menentukan hari jadi, karena dalam mencari hari jadi terkadang terdapat atau ditemukan beberapa alternatif pertanggalan. Dari beberapa pertanggalan tersebut, dipilih atau ditetapkan pertanggalan yang tertua. Misalnya pada penetapan hari jadi Jepara, Kudus, Pemalang, dan Purworejo terdapat beberapa alternatif pertanggalan. Akhirnya dari beberapa alternatif tersebut dipilih yang paling tua.

Mampu menimbulkan rasa bangga penduduk dan warga masyarakat seluruhnya, tentunya berhubungan dengan kejadian atau peristiwa yang bersifat konstruktif. Rasa bangga karena kepatriotan seorang tokoh tertentu ketika bertempur mengusir penjajah, bisa menjadi titik tolak penetapan hari jadi daerah. Seperti peristiwa penyerangan Tumenggung Baurekso sebagai Panglima Tertinggi Jawa ke Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628, ditetapkan sebagai hari jadi Kendal.

Ciri khas atau identitas yang jelas dari data arkeologis/historis dapat mengarahkan pada nama atau lokasi tertentu. Misalnya, Prasasti Kalasa berangka tahun 700 Saka (778 M), merujuk pada pendirian suatu bangunan suci/candi yang sekarang terkenal dengan nama daerah atau Candi Kalasan (sekitar Prambanan).

Dalam penetapan hari jadi suatu daerah, lebih diutamakan sumber data yang berasal dari Indonesia daripada yang berasal dari luar (Belanda-sentris). Tidak tertutup kemungkinan dalam penetapan tersebut terdapat data yang berasal dari sumber Belanda. Untuk mensikapi keadaan ini, kita harus berhati-hati sebab pada sumber Belanda tersebut tidak tertutup kemungkinan terdapat maksud-maksud tertentu. Apalagi Belanda sebagai bangsa yang menguasai Indonesia akan berusaha membuat kesan bahwa merekalah yang seolah-olah benar dan bangsa yang dikuasainya seolah-olah bangsa yang salah.

Apabila terdapat dua sumber data (Indonesia dan Belanda) dalam penetapan hari jadi, sumber data yang berasal dari Indonesia haruslah yang lebih diutamakan daripada sumber Belanda. Sebab data yang bersifat Indonesia-sentris lebih bersifat alami dan membumi, jauh dari faktor kepentingan dan pesanan.

Prasasti Kedukan Bukit hanyalah sebuah batu andesit yang sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional dengan nomor registrasi D-146. Sebagai sebuah data, batu berbentuk hampir oval tersebut menyimpan informasi maha penting. Dari batu inilah terekam pendirian suatu tempat yang merupakan cikal-bakal Kota Palembang sekarang. Dengan usianya yang demikian tua (1327 tahun), Palembang sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan fisik dan non fisik harus sejalan, seiring dengan cita-cita Palembang sebagai Kota Internasional, seperti halnya pada masa kejayaan Sriwijaya. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar