Rabu, 18 Maret 2009

Benteng Kuto Besak


Menurut sejarah, benteng ini digagas oleh Sultan Mahmud Baddaruddin I yang memerintah kesultanan Palembang tahun 1724 sampai dengan 1758. Ini merupakan bangunan keraton, dan menjadi pusat kesultanan Palembang di abad XVII.

Pelaksanaan pembangunannya sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Bahauddin yang memegang tampuk kesultanan dari tahun 1776 sampai dengan 1803. Tepatnya pembangunan benteng ini dimulai tahun 1780 dan selesai tahun 1797. Resmi ditempati pada 21 Febuari 1797.

Benteng ini merupakan keraton ke-4 dari kesultanan Palembang Darussalam. Sebelumnya pusat pemerintahan Kesultanan Palembang ini, terletak di keraton yang disebut Kuto Gawang, yang lokasinya di PT Pusri (PT Pupuk Sriwijaya) saat ini.

Pada Tahun 1651, Belanda menyerbu dan memusnahkan keraton Kuto Gawang, karena penentangan Sultan Palembang terhadap keinginan Belanda untuk memonopoli perdagangan di kota ini. Lalu terpaksalah pusat pemerintahan berpindah ke kawasan Beringin Janggut di tepi sungai Tengkuruk, pasar 16 Ilir saat ini.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I, keraton kesultanan Palembang berpindah lagi ke keraton kuto lamo, yang sekarang sudah menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Keraton Kuto Lamo ini, otomatis, menjadi keraton ketiga dari kesultanan Palembang, sebelum akhirnya berpindah lagi ke Benteng Kuto Besak, sebagai pusat pemerintahan terakhir dari kesultanan Palembang.

Benteng ini dulunya – sebelum ditimbun – dikelilingi oleh sungai, sehingga siapapun yang masuk ke keraton sultan tidak dapat langsung begitu saja. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tak diinginkan, seperti penyerbuan musuh (Belanda) secara tiba-tiba.

Ditilik dari struktur dan pemilihan lokasi Benteng Kuto Besak ini, jelas menunjukkan betapa Sultan Mahmud Badaruddin I begitu cermatnya memikirkan keamanan pusat pemerintahannya (mungkin belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya).

Benteng ini dulunya – sebelum ditimbun – dikelilingi oleh sungai, sehingga siapapun yang masuk ke keraton sultan tidak dapat langsung begitu saja. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tak diinginkan, seperti penyerbuan musuh (belanda) secara tiba-tiba.

Benteng Kuto Besak berbentuk persegipanjang, ukurannya 288,75 m x 183,75 m, menghadap ke tenggara tepat ke Sungai Musi. Setiap sudutnya terdapat bastion, tiga bastion di sudut utara, timur dan selatan berbentuk trapesium sedangkan bastion sudut barat berbentuk segilima. Benteng ini memiliki tiga pintu gerbang, yaitu di sisi timur laut, barat laut dan gerbang utama di sisi tenggara.

Tembok kelilingnya unik, bentuk dinding berbeda-beda pada setiap sisi, demikian juga tingginya. Dinding tembok sisi timur laut tebalnya sama, tinggi dinding tembok depan 12,39 m, sedangkan bagian dalam 13,04 m, hingga membentuk kemiringan yang landai di bagian atasnya. Di dinding bagian ini terdapat celah pengintai berbentuk persegi dengan bagian atas melengkung, dan mengecil di tengahnya. Tampak muka dinding sisi timur laut dan tenggara dihiasi dengan profil.

Dinding tembok sisi barat daya mempunyai dua bentuk berbeda dan di tengahnya ada pintu gerbang. Dinding tembok sisi barat daya bagian selatan, bagian bawah lebih tebal dari atasnya, yaitu 1,95 m dan 1,25 m. Dinding tembok sisi barat daya sebelah utara ketebalan sisi bawah dan atasnya yaitu 2,35 m dan 1,95 m. Ketinggian dinding tembok sisi barat daya ini, secara keseluruhan, dalam dan luarnya sama, yaitu 2,5 m.

Dinding tembok sisi barat laut bentuknya hampir mirip dengan dinding tembok barat daya sebelah selatan. Tebal dinding bawah 1,6 m, dan atasnya 1,15 m. Ketinggian dindingnya 2,25 m.
Untuk lebih detil mengenai struktur bangunan dari Benteng Kuto Besak – yang memiliki nilai sejarah dan merupakan bagunan tempo dulu yang masih tetap berdiri kokoh sampai sekarang – izinkan saya untuk mengundang Anda melihat langsung bangunan yang menjadi kebanggaan wong Plembang, dan mungkin saja kebanggaan Bangsa Indonesia ini.

Di depan Benteng Kuto Besak ini pun, saat ini sudah disediakan kawasan bersantai yang nyaman bagi masyarakat (wisatawan) untuk menikmati suasana di pinggiran sungai Musi. Dengan panorama yang indah langsung ke arah Jembatan Ampera, sungai Musi, rumah-rumah rakit dan perahu-perahu yang hilir mudik.

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar