Tak jauh dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin ini, berdiri sebuah Mesjid yang indah. Mesjid Agung yang juga merupakan Mesjid kebanggan wong Plembang. Bila kita telusuri sejarahnya ternyata mesjid ini mengalami beberapa kali renovasi. Dengan usianya yang sudah lumayan tua (hampir 3 abad), wajarlah kalau mesjid ini menjadi salah satu heritage leluhur yang perlu dijaga.
Konon, peletakan batu pertama mesjid ini dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, pada hari Senin, 1 Jumadil Akhir 1151 H (1748), dan masa pembangunan memakan waktu sepuluh tahun. Dan selesai pada hari Senin 28 Jumadil Awal 1161 H (1748M).
Bangunan Mesjid ini, pada awalnya hampir menyerupai persegi empat yaitu 30x36 meter. Atapnya berbentuk tumpung, terdiri dari tiga tingkat yang melambangkan filosofi keagamaan, atapnya yang berundak merupakan pengaruh dari bangunan hindu (candi). Dan mampu menampung 1800 jemaah.
Kala itu mesjid ini belum ada menaranya, barulah pada Tahun 1753 dibuat menara yang beratapkan genteng. Pada 1821, kembali direnovasi, atap menaranya diganti dengan atap sirap dan ditambah ketinggiannya, dengan dibuatkan beranda lingkar. Ukuran mesjid diperluas menjadi 42x54 meter dengan kapasitas 2300 jemaah.
Di tahun 1848 dilakukan perluasan mesjid oleh Pemerintah Kolonial Belanda, perluasan ini diawali dengan perubahan bentuk gerbang serambi masuknya yang memang kala itu masih sangat tradisional.
Di tahun 1874, menara mesjid ini diubah dari bentuk aslinya. Selanjutnya di tahun 1879, mesjid ini kembali dipugar, gerbang serambi masuk dibongkar ditambah serambi terbuka dengan tiang beton bulat sehingga bentuknya seperti pendopo (ala bangunan kolonial). Di tahun 1916, menara mesjid ini disempurnakan lagi.
Pada tahun 1930 diadakan perubahan yaitu menambah jarak pilar menjadi 4 m dari atap. Setelah kemerdekaan tahun 1952 dilakukan perluasan lagi dengan bentuk yang tidak lagi sama dengan aslinya dengan ditambahkan kubah. Pengurus yayasan masjid agung 1945 -1969 meneruskan penambahan ruangan dengan menambah bangunan lantai 2, sehingga kapasitasnya menjadi 9000 jemaah.
Pada tanggal 22 januari 1970 dimulai pembangunan menara baru dengan tinggi 45 meter, bersegi 12 yang dibiayai Pertamina dan di resmikan pada Tanggal 1 Februari 1971. Sejak tahun 2000 Masjid ini di renovasi dan selesai pada tanggal 16 Juni 2003 yang diresmikan oleh Presiden RI Hj. Megawati Soekarno Putri, Masjid ini terletak di Pusat Kota Palembang.
Inilah sekilas mengenai sejarah Mesjid Agung Palembang. Mesjid yang sempat menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Back To Tempat Wisata Lainnya:
Konon, peletakan batu pertama mesjid ini dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, pada hari Senin, 1 Jumadil Akhir 1151 H (1748), dan masa pembangunan memakan waktu sepuluh tahun. Dan selesai pada hari Senin 28 Jumadil Awal 1161 H (1748M).
Bangunan Mesjid ini, pada awalnya hampir menyerupai persegi empat yaitu 30x36 meter. Atapnya berbentuk tumpung, terdiri dari tiga tingkat yang melambangkan filosofi keagamaan, atapnya yang berundak merupakan pengaruh dari bangunan hindu (candi). Dan mampu menampung 1800 jemaah.
Kala itu mesjid ini belum ada menaranya, barulah pada Tahun 1753 dibuat menara yang beratapkan genteng. Pada 1821, kembali direnovasi, atap menaranya diganti dengan atap sirap dan ditambah ketinggiannya, dengan dibuatkan beranda lingkar. Ukuran mesjid diperluas menjadi 42x54 meter dengan kapasitas 2300 jemaah.
Di tahun 1848 dilakukan perluasan mesjid oleh Pemerintah Kolonial Belanda, perluasan ini diawali dengan perubahan bentuk gerbang serambi masuknya yang memang kala itu masih sangat tradisional.
Di tahun 1874, menara mesjid ini diubah dari bentuk aslinya. Selanjutnya di tahun 1879, mesjid ini kembali dipugar, gerbang serambi masuk dibongkar ditambah serambi terbuka dengan tiang beton bulat sehingga bentuknya seperti pendopo (ala bangunan kolonial). Di tahun 1916, menara mesjid ini disempurnakan lagi.
Pada tahun 1930 diadakan perubahan yaitu menambah jarak pilar menjadi 4 m dari atap. Setelah kemerdekaan tahun 1952 dilakukan perluasan lagi dengan bentuk yang tidak lagi sama dengan aslinya dengan ditambahkan kubah. Pengurus yayasan masjid agung 1945 -1969 meneruskan penambahan ruangan dengan menambah bangunan lantai 2, sehingga kapasitasnya menjadi 9000 jemaah.
Pada tanggal 22 januari 1970 dimulai pembangunan menara baru dengan tinggi 45 meter, bersegi 12 yang dibiayai Pertamina dan di resmikan pada Tanggal 1 Februari 1971. Sejak tahun 2000 Masjid ini di renovasi dan selesai pada tanggal 16 Juni 2003 yang diresmikan oleh Presiden RI Hj. Megawati Soekarno Putri, Masjid ini terletak di Pusat Kota Palembang.
Inilah sekilas mengenai sejarah Mesjid Agung Palembang. Mesjid yang sempat menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Back To Tempat Wisata Lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar