Selasa, 31 Maret 2009

Benteng Kuto Gawang

Kesultanan Palembang dirintis oleh Ki Mas Anom Adipati Kiai Geding Suro bin Kiai Geding Ilir (1573-1590 M) dengan keraton sebagai pusat kekuasaan di Benteng Kuto Gawang (nama ini didapat setelah benteng itu dibakar Armada Perang VOC di bawah pimpinan Joan Van der Laan tahun 1659 M). Keraton? kini bekas tapaknya menjadi areal pabrik PT Pusri? ini menjadi pusat pemerintahan Palembang meskipun dalam praktiknya masih dipengaruhi Jawa, mulai dari Demak hingga Mataram.

Bedasarkan catatan, Benteng Kuto Gawang berukuran panjang 1.100 meter, lebar (1.100 meter) yang dikelilingi kayu unglen (Eusideroxylon zwageri T. & B.) setinggi 7,25 meter yang berbentuk balok dengan ketebalan 30 X 30 cm. Keraton Palembang di 1 Ilir atau Benteng Kuto Gawang (kini, sebagian kawasan yang tidak terkena ?proyek? Pusri disebut sebagai Plembang Lamo) menunjukkan betapa jeniusnya pemprakarsa Kerajaan Palembang. Ini dapat dilihat dari posisi benteng yang melindungi keraton beserta perumahan penduduk.

Selain bahan yang dipakai sebagai ?pagar, kejeniusan itu juga tampak pada pemilihan lokasi. Benteng ini diapit Sungai Buah dan Sungai Taligawe (ada yang menyebutnya Sungai Lintah). Uniknya lagi, Sungai Rengas, anak Sungai Musi yang terletak di antara kedua sungai itu dijadikan pintu masuk utama ke dalam benteng. Ketegangan pertama Kerajaan Palembang dengan Belanda, terjadi pada tahun 1658, yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Sido Ing Rejek Ratu Mangkurat Jamaluddin (1652-1659). Pada tahun itu, VOC mengirim Cornelis Ockerz ke Palembang dengan armada laut, yang dua di antaranya merupakan kapal berukuran besar, yaitu Jacatra dan de Wachter.

Kedatangannya untuk memenuhi kontrak dagang ?terutama timah dan lada?dengan Kerajaan Palembang. Kedatangan kapal VOC ini disambut dengan serbuan oleh Kerajaan Palembang. Ockerz dan 42 orang Belanda terbunuh dan 24 orang lainnya ditawan. Sementara Jacatra dan de Wachter direbut dan dikuasai. Menurut catatan sejarah, penyerangan yang dipimpin Ki Mas Hindi Pangeran Ario Kesumo Abdurrahim ini disulut ketidaksukaan rakyat Palembang terhadap Belanda yang dinilai selalu berlaku curang dan arogan. Atas serbuan, yang dinilai VOC sebagai tindakan biadab itu, setahun kemudian, 10 November 1659, satu armada perang Belanda di bawah pimpinan Commandeur Joan vander Laan menyerang Palembang. Setelah terjadi pertempuran sengit, Palembang dikalahkan. Selama tiga hari, mulai 24 November, Keraton Palembang dibakar.
Lokasi : Kawasan PT. Pusri

Back To Tempat Wisata Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar