PALEMBANG – Perayaan 17 Agustusan di kota pempek ini, setiap tahun selalu diwarnai dengan lomba bidar--perahu tradisional masyarakat lokal--dan perahu hias. Kemarin (17/8), tim PT Pertamina (persero) berhasil menggondol trofi juara I pertandingan bidar, mengalahkan 13 peserta lainnya. Semula, final lomba bidar yang dimulai pukul 14.00 WIB di Sungai Musi itu, menyajikan tontonan menarik. Persaingan tim Indomie, PT Pertamina, Pemkab Ogan Ilir, dan Ogan Ilir benar-benar ketat. Catatan waktu tempuh ketika start dari Pelabuhan 35 Ilir dan finis di Benteng Kuto Besak (BKB) hanya selisih hitungan detik. Tim Pertamina, misalnya, tercepat dengan waktu 8 menit. Posisi kedua, tim bidar Ogan Ilir dengan waktu tempuh 8 menit, 5 detik. Nyaris disalip tim Pemkab OI yang harus legowo pada urutan ketiga dengan catatan waktu 8 menit, 7 detik. Terakhir, harapan I Indomie selama 9 menit, 15 detik.
Pemenang, masing-masing mendapat piagam penghargaan dan uang pembinaan. Berturut-turut dari juara I hingga harapan I, sebesar Rp8 juta, Rp6 juta, Rp5 juta, dan Rp4 juta.
Sementara itu, pada lomba perahu motor hias meliputi dua kategori. Tingkat kecamatan dengan 16 peserta dari seluruh kecamatan Kota Palembang dan tingkat umum mewakili BUMN, BUMD, instansi, atau swasta dengan 13 peserta. Memperebutkan hadiah Rp4 juta (juara I), Rp3,5 juta (juara II), dan Rp2 juta (juara III).
Tingkat kecamatan, perahu motor hias Kecamatan Plaju merebut juara I, menyusul Kecamatan Alang-Alang Lebar (AAL), Gandus, dan Seberang Ulu (SU) II. Sementara tingkat umum, Dinas PU Cipta Karya Kota Palembang menyabet juara I, Disdikpora juara II, Dinas Tata Kota juara III, dan PT Semen Baturaja menyabet juara harapan I.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palembang Drs Baharuddin Ali mengatakan penyelenggaraan pertandingan bidar tradisional kali ini sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab, langsung diliput oleh berbagai media dari RRC (Republik Rakyat Cina) yang diundang langsung, serta disiarkan (live) di TVRI dan stasiun TV yang ada di negara ASEAN yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.
“Tradisi ini terus berlanjut di tahun mendatang. Dalam waktu dekat, 14-16 Desember mendatang bakal kembali digelar lomba Perahu Naga (Dragon Boat),” tukasnya.
Bagaimana tanggapan peserta? Amir Hamzah (55), pedayung bidar tradisional mewakili Indomie menyayangkan pertandingan bidar hanya menjadi tradisi tahunan. Ia berpendapat, ke depan harus dilestarikan. Jika tidak, semua pemain bidar sebagai penopang tradisi akan hilang.
“Pemerintah kurang semangat menggalakkan pelestarian bidar tradisional ini. Buktinya peserta yang ikut, tergolong sedikit bahkan tidak ada satu pun kecamatan yang ikut,” ujarnya.
Penyebabnya, tambah dia, cost pembuatan dan operasional perahu bidar tinggi, mencapai Rp50 juta dibandingkan dengan hadiah yang didapat. Tahun kemarin, kata Amir, yang mengikuti pertandingan bidar ada 14 peserta. “Sekarang tinggal 13 peserta, berarti ada satu peserta yang tidak dapat sponsor. Selain itu perahu hias sifatnya hanya pelengkap bukan tradisional. Intinya, biar pertandingan bidar menjadi ramai dan semarak, tapi nyatanya justru mengganggu,” ujarnya.
Ia menambahkan, mestinya lalu lintas sungai saat pertandingan harus bisa diatur. Selain itu, umumnya pada perlombaan tingkat nasional perahu motor hias diperlombakan di danau bukan di sungai. Ini demi keamanan.
“Tapi, kita bersyukur pertandingan bidar tradisional menyedot perhatian ribuan masyarakat Kota Palembang. Mereka tumplek blek di Jembatan Ampera, BKB, hingga menyisir Sungai Musi dengan perahu,” tandasnya.(Sumeks)
Pemenang, masing-masing mendapat piagam penghargaan dan uang pembinaan. Berturut-turut dari juara I hingga harapan I, sebesar Rp8 juta, Rp6 juta, Rp5 juta, dan Rp4 juta.
Sementara itu, pada lomba perahu motor hias meliputi dua kategori. Tingkat kecamatan dengan 16 peserta dari seluruh kecamatan Kota Palembang dan tingkat umum mewakili BUMN, BUMD, instansi, atau swasta dengan 13 peserta. Memperebutkan hadiah Rp4 juta (juara I), Rp3,5 juta (juara II), dan Rp2 juta (juara III).
Tingkat kecamatan, perahu motor hias Kecamatan Plaju merebut juara I, menyusul Kecamatan Alang-Alang Lebar (AAL), Gandus, dan Seberang Ulu (SU) II. Sementara tingkat umum, Dinas PU Cipta Karya Kota Palembang menyabet juara I, Disdikpora juara II, Dinas Tata Kota juara III, dan PT Semen Baturaja menyabet juara harapan I.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palembang Drs Baharuddin Ali mengatakan penyelenggaraan pertandingan bidar tradisional kali ini sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab, langsung diliput oleh berbagai media dari RRC (Republik Rakyat Cina) yang diundang langsung, serta disiarkan (live) di TVRI dan stasiun TV yang ada di negara ASEAN yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.
“Tradisi ini terus berlanjut di tahun mendatang. Dalam waktu dekat, 14-16 Desember mendatang bakal kembali digelar lomba Perahu Naga (Dragon Boat),” tukasnya.
Bagaimana tanggapan peserta? Amir Hamzah (55), pedayung bidar tradisional mewakili Indomie menyayangkan pertandingan bidar hanya menjadi tradisi tahunan. Ia berpendapat, ke depan harus dilestarikan. Jika tidak, semua pemain bidar sebagai penopang tradisi akan hilang.
“Pemerintah kurang semangat menggalakkan pelestarian bidar tradisional ini. Buktinya peserta yang ikut, tergolong sedikit bahkan tidak ada satu pun kecamatan yang ikut,” ujarnya.
Penyebabnya, tambah dia, cost pembuatan dan operasional perahu bidar tinggi, mencapai Rp50 juta dibandingkan dengan hadiah yang didapat. Tahun kemarin, kata Amir, yang mengikuti pertandingan bidar ada 14 peserta. “Sekarang tinggal 13 peserta, berarti ada satu peserta yang tidak dapat sponsor. Selain itu perahu hias sifatnya hanya pelengkap bukan tradisional. Intinya, biar pertandingan bidar menjadi ramai dan semarak, tapi nyatanya justru mengganggu,” ujarnya.
Ia menambahkan, mestinya lalu lintas sungai saat pertandingan harus bisa diatur. Selain itu, umumnya pada perlombaan tingkat nasional perahu motor hias diperlombakan di danau bukan di sungai. Ini demi keamanan.
“Tapi, kita bersyukur pertandingan bidar tradisional menyedot perhatian ribuan masyarakat Kota Palembang. Mereka tumplek blek di Jembatan Ampera, BKB, hingga menyisir Sungai Musi dengan perahu,” tandasnya.(Sumeks)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar