Ditarget Tipe B Pendidikan
PALEMBANG Sumeks – Tampaknya bakal ada pergantian nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bari. Tapi ini baru sebatas wacana, memperhatikan nama saat ini belum memiliki nilai jual (komersil) dan adanya kenaikan kelas dari tipe C ke tipe B. “Usul saya bagusnya RS dr. Muhammad Ali mantan Menteri Kesehatan era Pemerintahan Soekarno,” kata Edi Santana, Walikota Palembang usai penandatanganan MoU antara Fakultas Kedokteran dengan RSUD Bari. Dulu nama ini, lanjut Walikota, diusulkan untuk dipakai saat pergantian nama RS Jiwa tapi ternyata disetuju RS Ernaldi Bahar.
“Saya setuju Muhammad Ali, tetapi tetap kembali kita serahkan kepada Dinkes,” tuturnya. Pertimbangan ini karena Muhammad Ali termasuk pejuang yang sangat berjasa berasal dari Sumsel.
Perubahan status sendiri, lanjut Edi, mengindikasikan banyaknya perubahan yang terjadi di RSUD Bari terutama dari segi fasilitas. “Kita telah anggarkan sekitar Rp 100 miliar untuk perbaikan dan melengkapi fasilitas tahun ini tapi ternyata masih kurang Rp 50 milir,” ujarnya. Ini semata-mata untuk meningkatkan mutu RSUD Bari sehingga ke depan ditarget rumah sakit ini menjadi tipe B pendidikan.
Makanya kerja sama semacam MoU untuk peningkatan perpanjangan antara Fakultas Kedokteran (FK) Unsri dan RSUD Bari akan menguntungkan kedua belah pihak. “Bagi RSUD ada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu tenaga medis tidak perlu lagi dicari karena ada mahasiswa praktek yang bisa membantu,” ujarnya. Dan memang mahasiswa praktek tidak dilepas begitu saja, tetap di bawah pengawasan dokter sehingga kualitas pelayanan tetap terjaga.
Prof Dr. Badia Perizade, M.B,A, Rektor Unsri didampingi Prof. dr. Zarkasih Anwar, SpA (K), Dekan FK Unsri mengatakan MoU ini tindak lanjut MoU terdahulu tahun 1999 tentang pemanfaatan fasilitas RSUD Bari dan puskesmas di Kotamadya Palembang sebagai sarana penelitian, pengabdian, dan kesehatan. “Sebetulnya sudah ada mahasiswa atau koas Unsri yang praktek di sini, tapi karena jumlah mahasiswa dan program studi di FK Unsri terus bertambah maka perlu dilakukan MoU perpanjangan ini untuk penegasan,” ujarnya.
Unsri sendiri, lanjut Badia, sangat memerlukan sarana pendidikan apalagi sekarang memang rumah sakit pendidikan masih kurang sementara mahasiswa dan studi terus bertambah. “Karena itu kami bersyukur RSUD Bari mau dijadikan RS pendidikan untuk program S1 atau spesialis Unsri,” ujar Badia. Diakuinya RSUD Bari sudah layak jadi tempat praktek apalagi per Mei 2009 telah naik status dari tipe C jadi tipe B.
Sebenarnya mahasiswa Unsri praktek tidak terbatas pada satu rumah sakit saja, tetapi sudah menyebar hingga rumah sakit di Jambi, Bengkulu, Lampung. “Yang kami kirim tergantung dari besar sarana RS pendidikan tersebut dan disesuikan dengan jurusan,” ujarnya. MoU perpanjangan ini, lanjut Badia, dilakukan karena ada penambahan beberapa studi jurusan yakni keperawatan, kedokteran gigi, spesialis anastesi, THT, dan lain sebagainya.
Hj Indah Puspita H.A, MARS, Direktur RSUD Bari mengatakan MoU diharap membuat pelayanan kesehatan RSUD Bari menjadi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas. “Karena berkembangnya studi di fakultas kedokteran Unsri dan peningkatan RS Bari jadi tipe B dan pelayanan sub spesialis makin banyak maka dilakukan kerja sama ini.
PALEMBANG Sumeks – Tampaknya bakal ada pergantian nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bari. Tapi ini baru sebatas wacana, memperhatikan nama saat ini belum memiliki nilai jual (komersil) dan adanya kenaikan kelas dari tipe C ke tipe B. “Usul saya bagusnya RS dr. Muhammad Ali mantan Menteri Kesehatan era Pemerintahan Soekarno,” kata Edi Santana, Walikota Palembang usai penandatanganan MoU antara Fakultas Kedokteran dengan RSUD Bari. Dulu nama ini, lanjut Walikota, diusulkan untuk dipakai saat pergantian nama RS Jiwa tapi ternyata disetuju RS Ernaldi Bahar.
“Saya setuju Muhammad Ali, tetapi tetap kembali kita serahkan kepada Dinkes,” tuturnya. Pertimbangan ini karena Muhammad Ali termasuk pejuang yang sangat berjasa berasal dari Sumsel.
Perubahan status sendiri, lanjut Edi, mengindikasikan banyaknya perubahan yang terjadi di RSUD Bari terutama dari segi fasilitas. “Kita telah anggarkan sekitar Rp 100 miliar untuk perbaikan dan melengkapi fasilitas tahun ini tapi ternyata masih kurang Rp 50 milir,” ujarnya. Ini semata-mata untuk meningkatkan mutu RSUD Bari sehingga ke depan ditarget rumah sakit ini menjadi tipe B pendidikan.
Makanya kerja sama semacam MoU untuk peningkatan perpanjangan antara Fakultas Kedokteran (FK) Unsri dan RSUD Bari akan menguntungkan kedua belah pihak. “Bagi RSUD ada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu tenaga medis tidak perlu lagi dicari karena ada mahasiswa praktek yang bisa membantu,” ujarnya. Dan memang mahasiswa praktek tidak dilepas begitu saja, tetap di bawah pengawasan dokter sehingga kualitas pelayanan tetap terjaga.
Prof Dr. Badia Perizade, M.B,A, Rektor Unsri didampingi Prof. dr. Zarkasih Anwar, SpA (K), Dekan FK Unsri mengatakan MoU ini tindak lanjut MoU terdahulu tahun 1999 tentang pemanfaatan fasilitas RSUD Bari dan puskesmas di Kotamadya Palembang sebagai sarana penelitian, pengabdian, dan kesehatan. “Sebetulnya sudah ada mahasiswa atau koas Unsri yang praktek di sini, tapi karena jumlah mahasiswa dan program studi di FK Unsri terus bertambah maka perlu dilakukan MoU perpanjangan ini untuk penegasan,” ujarnya.
Unsri sendiri, lanjut Badia, sangat memerlukan sarana pendidikan apalagi sekarang memang rumah sakit pendidikan masih kurang sementara mahasiswa dan studi terus bertambah. “Karena itu kami bersyukur RSUD Bari mau dijadikan RS pendidikan untuk program S1 atau spesialis Unsri,” ujar Badia. Diakuinya RSUD Bari sudah layak jadi tempat praktek apalagi per Mei 2009 telah naik status dari tipe C jadi tipe B.
Sebenarnya mahasiswa Unsri praktek tidak terbatas pada satu rumah sakit saja, tetapi sudah menyebar hingga rumah sakit di Jambi, Bengkulu, Lampung. “Yang kami kirim tergantung dari besar sarana RS pendidikan tersebut dan disesuikan dengan jurusan,” ujarnya. MoU perpanjangan ini, lanjut Badia, dilakukan karena ada penambahan beberapa studi jurusan yakni keperawatan, kedokteran gigi, spesialis anastesi, THT, dan lain sebagainya.
Hj Indah Puspita H.A, MARS, Direktur RSUD Bari mengatakan MoU diharap membuat pelayanan kesehatan RSUD Bari menjadi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas. “Karena berkembangnya studi di fakultas kedokteran Unsri dan peningkatan RS Bari jadi tipe B dan pelayanan sub spesialis makin banyak maka dilakukan kerja sama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar