Rabu, 01 Juli 2009

Napak Tilas Sriwijaya

Oleh Anton Bae
NAPAK Tilas Sriwijaya adalah perjalanan sekelompok anak muda yang menyebut diri sebagai Lembaga Kebudayaan Tandipulau Entrepreneurs Professional. Mereka menyusuri jejak Sriwijaya berdasarkan penelitian Erwan Suryanegara, yang terbagi atas masa Pra-Sriwijaya, Sriwijaya, dan Pasca-Sriwijaya.


Siapa Erwan Suryanegara?
Erwan Suryanegara adalah pekerja seni rupa di Sumatra Selatan, lahir di Palembang, 14 Oktober 1962. Tesisnya yang berjudul Analisa Ungkap Rupa Patung Megalitik Pasemah, mengantarkan ia mendapatkan gelar magister di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam tesis itu beliau menyimpulkan, keberagaman masyarakat di Nusantara berasal dari dataran tinggi Pasemah. Hal itu dibuktikan dengan keberagaman bentuk patung megalitik yang berjumlah tidak kurang dari 52 patung yang bentuknya beragam dan diperkirakan berumur 2000 tahun SM, yang tempatnya berada di bagian Selatan Bukit Barisan, atau tepatnya di sekitar Gunung Dempo, kota Pagaralam, Sumatra Selatan.

Penelitian Erwan Suryanegara tidak sampai di sana. Dia diberi kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatra Selatan, tahun 2008, untuk menyusun buku Sriwijaya. Dia dibantu oleh Ahmad Muhaimin dan almarhum Eka Pascal. (sayangnya, beberapa minggu setelah menyelesaikan penyusunan buku Sriwijaya tersebut Eka Pascal meninggal dunia)

Dalam proses penyusunan buku tersebut, ada semacam “benang merah” yang ditemukan Erwan Suryanegara antara kerajaan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara dengan zaman prasejarah yang ada di Pasemah. Benang merah itu ditandai dengan keberagaman bentuk patung, aksesoris-aksesoris yang dikenakan, alat-alat untuk membuat patung, tempat pembuatan, dan tingkah laku atau sikap patung. Hal itu mengilhami Erwan Suryanegara untuk melakukan pembuatan film documenter Napak Tilas Sriwijaya.

Awal Juni 2009, rencana pembutan film dokumenter itu dapat direalisasikan. Erwan Suryanegara membentuk tim ekspedisi Napak Tilas Sriwijaya. Tim itu dibentuk pada Jumat, 5 Juni 2009, di Jalan Anggada No. 6 RT 08 RW 02, Kalidoni, Palembang. Anggota tim tersebut terdiri dari Syamsul Noor Al-Sajidi, Edy Fahyuni, Ahmad Syaiful, Mizanu Destrian, Maskur, Dyah Octarini, dan Anton Bae.

Rute
Perjalanan pertama Napak Tilas Sriwijaya dimulai pada Rabu, 24 Juni 2009. Tim menuju zaman pra-Sriwijaya, di kota Lahat dan Pagaralam. Mereka mendatangi 6 situs dari 20 situs yang ada. Menurut Erwan, “Situs tersebut sudah cukup mewakili masa pra-Sriwijaya.” Perjalanan dilakukan selama 3 hari. Dimulai dari Situs Tanjung Telang, Situs Karang Dalam, Situs Pagaralam Pagun, dan Situs Tinggihari. Keempat situs tersebut berada di kota Lahat. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Situs Tanjung Aro dan Tegurwangi yang ada di Pagaralam. “Rencananya napak tilas Sriwijaya ini akan berlangsung lima belas hari, atau sampai akhir bulan Juni,” kata Erwan. “Setelah kota Lahat dan Pagaralam, tim kami akan ke Jambi (ke Candi Muaro Jambi), kemudian ke Riau (ke Candi Muara Takus), Bangka, Lampung, Palembang, dan Jakarta.”


Film Dokumenter
Sesuai dengan rencana sebelumnya, Napak Tilas Sriwijaya akan diabadikan dalam bentuk film dokumenter ilmiah popular, dengan pola penyajian langsung (straight shoot) dan berdurasi lebih kurang 30 menit. Sebagai pembawa acara, Diah Otarini, dengan narasumber utama Erwan Suryanegara.
Syamsul Noor Al-Sajidi sebagai sutradara film tersebut mengatakan, film ini terbagi atas tiga episode yaitu zaman Pra-Sriwijaya, Sriwijaya, dan Pasca-Sriwijaya. “Mudah-mudahan film ini dapat dinikmati pada akhir September 2009.”
(SUMEKS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar