PALEMBANG - Pemerintah kota ini menargetkan tahun 2017 bebas bus kota. Kebijakan tersebut menyusul akan beroperasinya bus rapid transit (BRT) Trans Musi di sejumlah jurusan secara bertahap.
“Pengoperasian BRT Trans Musi ini sebagai wujud komitmen kita memperbaiki sistem transportasi Kota Palembang. Juga meminimalisir tingkat kemacetan,” kata Agus Supriyanto, kabid Transportasi Jalan dan Rel Dishub Kota, kemarin (12/10).
Dikatakan, sistem schedule (jadwal) operasi juga teratur. Para sopir juga digaji. Pendek kata, acuan sopir bukan mencari penumpang, melainkan mengejar jadwal yang ada.
Ia menambahkan, proses pergantian secara bertahap dilakukan dengan menyetop izin trayek bus kota, terutama yang usia di atas 10 tahun. “Tidak akan kita perpanjang lagi. Lama-lama jadi berkurang. Tahun ini target tersisa 461 unit bus kota operasional. Kita perpanjang lagi trayeknya sekitar 80 unit. Yang jelas itu tadi. Tahun 2017, bebas bus kota,” bebernya.
Bagaimana dengan angkutan kota (angkot)? Kata Agus, angkot diupayakan sebagai penunjang untuk trayek daerah pinggiran. "Jadi ketika penumpang berhenti di halte Trans Musi, kalau mau ke daerah pinggiran bisa nyambung dengan menumpang angkot.”
Oleh sebab itu, beberapa angkot yang trayeknya masuk ke pusat kota akan dialihkan ke pinggiran. Ada 5 angkot yang dialihkan trayeknya, yakni angkot jurusan Plaju, Kertapati, Km 5, Bukit Kecil, dan Talang Betutu. "Sebenarnya sudah kita tawarkan 1 Januari lalu, tetapi tampaknya belum efektif.”
Pasalnya, prospek bisnis jasa angkutan lesu sehingga banyak pengusaha menolak. “Pastinya, kalau operasional Trans Musi hingga tahap ketiga, semua angkot harus mengikuti aturan dengan beralih ke trayek pinggiran. Sudah kita tawarkan 10 pilihan rute pinggiran, tinggal pilih saja. Misalnya trayek jurusan Kertapati-Plaju," tuturnya.
Sementara itu, uji coba Trans Musi, belum bisa dilaksanakan, meskipun 15 unit BRT Trans Musi sudah tiba. "Nunggu halte selesai. Mudah-mudahan akhir November selesai. Saat ini sedang dalam proses perancangan kerangka halte," ujar Agus.
Selain itu, proses administrasi Trans Musi juga belum selesai. Di antaranya, sewa terima barang dan plat nomor. “Jika semua sudah selesai, uji coba langsung di dua koridor tahap awal yakni Alang-Alang Lebar-Ampera dan PIM-Terminal Sako sambil sosialisasi kepada instansi terkait dan sekolah-sekolah.”
Di tahap awal ini, tambah dia, dana yang dihabiskan untuk proyek BRT Trans Musi sekitar Rp4,7 miliar untuk pembelian 10 unit Trans Musi. Dana tersebut berasal dari APBD dan Rp3,2 miliar khusus pembangunan 56 halte. "Sekitar 20 unit lagi kita tidak tahu berapa dananya. Sebab itu, bantuan dari pusat," ujarnya. Sisa 18 halte lagi swasta. “Setelah semua jalan, bus Trans Musi akan diserahkan ke pihak ketiga, tetapi perawatan halte tetap kembali ke Dishub,” tukasnya.
Selain itu, Ausaid Australia bersedia membantu pendanaan halte tahap 2 sebanyak 47 titik dan tahap 3 sekitar 60 titik. Nilainya Rp100 juta per halte. "Hitungan kami tidak sampai Rp100 juta, tetapi karena Ausaid minta bangun perkerasan lybay 10x3 meter di depan halte jadi cost menjadi tinggi," tuturnya.
Bantuan sendiri tidak langsung diberikan melainkan melalui Departemen Keuangan. Pengerjaan tetap dari dana APBD, setelah selesai baru dana bantuan dicairkan.
Tak hanya itu, kata Agus, GTZ (Jerman) juga bersedia membantu, tetapi bukan dalam bentuk fisik. Modelnya pendampingan, misalnya GTZ mendatangkan ahli bidang transportasi lalu mengadakan pelatihan untuk human resources, dan lainnya.
Sementara, CDIA (Asia) yang kantornya beralamat di Filipina bersedia membantu dalam bentuk studi, misal studi pengembangan transportasi. Kemudian studi ini bisa dijual untuk mendapatkan bantuan dari pusat.
Sekadar diketahui, tahap kedua BRT ditarget tahun 2010. Saat itu, operasi sebanyak 70 unit BRT Trans Musi dengan 47 titik halte untuk tiga koridor. Yakni Jakabaring-Ampera-PIM, Bandara-Bukit Siguntang, dan Plaju-Kertapati-Karya Jaya. Setelah tahap kedua selesai, melangkah ke tahap ketiga. Targetnya, 70 unit BRT Trans Musi dengan 60 titik halte untuk tiga koridor. Meliputi Terminal AAL-Musi II-Karya Jaya, Sako-Pusri-PIM, dan Kenten Laut-Dempo-JM. Totalnya 8 koridor. “Kalau sudah beroperasi semua, koneksinya ketemu di halte transit setiap pertemuan perlintasan,” tandasnya.(Sumeks)
“Pengoperasian BRT Trans Musi ini sebagai wujud komitmen kita memperbaiki sistem transportasi Kota Palembang. Juga meminimalisir tingkat kemacetan,” kata Agus Supriyanto, kabid Transportasi Jalan dan Rel Dishub Kota, kemarin (12/10).
Dikatakan, sistem schedule (jadwal) operasi juga teratur. Para sopir juga digaji. Pendek kata, acuan sopir bukan mencari penumpang, melainkan mengejar jadwal yang ada.
Ia menambahkan, proses pergantian secara bertahap dilakukan dengan menyetop izin trayek bus kota, terutama yang usia di atas 10 tahun. “Tidak akan kita perpanjang lagi. Lama-lama jadi berkurang. Tahun ini target tersisa 461 unit bus kota operasional. Kita perpanjang lagi trayeknya sekitar 80 unit. Yang jelas itu tadi. Tahun 2017, bebas bus kota,” bebernya.
Bagaimana dengan angkutan kota (angkot)? Kata Agus, angkot diupayakan sebagai penunjang untuk trayek daerah pinggiran. "Jadi ketika penumpang berhenti di halte Trans Musi, kalau mau ke daerah pinggiran bisa nyambung dengan menumpang angkot.”
Oleh sebab itu, beberapa angkot yang trayeknya masuk ke pusat kota akan dialihkan ke pinggiran. Ada 5 angkot yang dialihkan trayeknya, yakni angkot jurusan Plaju, Kertapati, Km 5, Bukit Kecil, dan Talang Betutu. "Sebenarnya sudah kita tawarkan 1 Januari lalu, tetapi tampaknya belum efektif.”
Pasalnya, prospek bisnis jasa angkutan lesu sehingga banyak pengusaha menolak. “Pastinya, kalau operasional Trans Musi hingga tahap ketiga, semua angkot harus mengikuti aturan dengan beralih ke trayek pinggiran. Sudah kita tawarkan 10 pilihan rute pinggiran, tinggal pilih saja. Misalnya trayek jurusan Kertapati-Plaju," tuturnya.
Sementara itu, uji coba Trans Musi, belum bisa dilaksanakan, meskipun 15 unit BRT Trans Musi sudah tiba. "Nunggu halte selesai. Mudah-mudahan akhir November selesai. Saat ini sedang dalam proses perancangan kerangka halte," ujar Agus.
Selain itu, proses administrasi Trans Musi juga belum selesai. Di antaranya, sewa terima barang dan plat nomor. “Jika semua sudah selesai, uji coba langsung di dua koridor tahap awal yakni Alang-Alang Lebar-Ampera dan PIM-Terminal Sako sambil sosialisasi kepada instansi terkait dan sekolah-sekolah.”
Di tahap awal ini, tambah dia, dana yang dihabiskan untuk proyek BRT Trans Musi sekitar Rp4,7 miliar untuk pembelian 10 unit Trans Musi. Dana tersebut berasal dari APBD dan Rp3,2 miliar khusus pembangunan 56 halte. "Sekitar 20 unit lagi kita tidak tahu berapa dananya. Sebab itu, bantuan dari pusat," ujarnya. Sisa 18 halte lagi swasta. “Setelah semua jalan, bus Trans Musi akan diserahkan ke pihak ketiga, tetapi perawatan halte tetap kembali ke Dishub,” tukasnya.
Selain itu, Ausaid Australia bersedia membantu pendanaan halte tahap 2 sebanyak 47 titik dan tahap 3 sekitar 60 titik. Nilainya Rp100 juta per halte. "Hitungan kami tidak sampai Rp100 juta, tetapi karena Ausaid minta bangun perkerasan lybay 10x3 meter di depan halte jadi cost menjadi tinggi," tuturnya.
Bantuan sendiri tidak langsung diberikan melainkan melalui Departemen Keuangan. Pengerjaan tetap dari dana APBD, setelah selesai baru dana bantuan dicairkan.
Tak hanya itu, kata Agus, GTZ (Jerman) juga bersedia membantu, tetapi bukan dalam bentuk fisik. Modelnya pendampingan, misalnya GTZ mendatangkan ahli bidang transportasi lalu mengadakan pelatihan untuk human resources, dan lainnya.
Sementara, CDIA (Asia) yang kantornya beralamat di Filipina bersedia membantu dalam bentuk studi, misal studi pengembangan transportasi. Kemudian studi ini bisa dijual untuk mendapatkan bantuan dari pusat.
Sekadar diketahui, tahap kedua BRT ditarget tahun 2010. Saat itu, operasi sebanyak 70 unit BRT Trans Musi dengan 47 titik halte untuk tiga koridor. Yakni Jakabaring-Ampera-PIM, Bandara-Bukit Siguntang, dan Plaju-Kertapati-Karya Jaya. Setelah tahap kedua selesai, melangkah ke tahap ketiga. Targetnya, 70 unit BRT Trans Musi dengan 60 titik halte untuk tiga koridor. Meliputi Terminal AAL-Musi II-Karya Jaya, Sako-Pusri-PIM, dan Kenten Laut-Dempo-JM. Totalnya 8 koridor. “Kalau sudah beroperasi semua, koneksinya ketemu di halte transit setiap pertemuan perlintasan,” tandasnya.(Sumeks)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar