Kamis, 01 Oktober 2009

Teken Prasasti, Tinjau Perumahan Guru

PALEMBANG - Benteng Kuto Besak (BKB) kembali menghijau kemarin (05/10). Tenda-tenda terpasang rapi dan apik pada puncak peringatan Hari Habitat Dunia yang dipusatkan di Kota Palembang.Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto melepaskan balon sebagai tanda puncak peringatan Hari Habitat. Setelah itu, ia meresmikan proyek sistem penyediaan air minum (SPAM) Muara Beliti dan Rusunawa (rumah susun sewa) Kasnariansyah Palembang dengan penandatanganan prasasti.Penanaman pohon hanya simbolis. Baru selesai, becak-becak menunggu para menteri dan rombongan siap diantar meninjau lokasi pameran “Masa Depan Kota Kita” di bawah Jembatan Ampera dengan iringin musik tanjidor. Menariknya, Menteri dan rombongan mendapat sambutan terhormat dengan persembahan tari Tanggai.Selain acara tersebut, dilakukan juga penebaran bibit ikan di perairan Sungai Musi. Kemudian, meninjau lokasi BUSSP di 3-4 Ulu. Terakhir ke perumahan guru layak huni di Jakabaring Kecamatan SU I.

Djoko mengatakan, prestasi Kota Palembang di bidang pengembangan pemukiman, terutama infrastruktur air minum, sanitasi, dan pemukiman, membuatnya terpilih menjadi tuan rumah hari Habitat Dunia. Di samping itu, didukung penghargaan Adipura dan kota bersih berwawasan lingkungan yang diterima.

Wali Kota Palembang, Eddy Santana Putra mengatakan, penduduk kota sebanyak 1,5 juta menempati lahan seluas 40 ribu hektare. Diprediksi, areal itu hanya cukup untuk 1,7 juta jiwa. "Jika melampaui 2 juta jiwa, maka dikhawatirkan terjadi permasalahan kompleks," ujarnya. Karena itu, perlu juga penekanan angka penduduk melalui konsep perencanaan kota yang matang atau sesuai dengan tema Hari Habitat Dunia planning our urban future dan isu perumahan dan pemukiman.

"Palembang kota tua yang sudah berumur sekitar 1.325 tahun. Banyak pemukiman-pemukiman lama. Namun sayangnya, terbentuk tidak beraturan dan banyak yang kumuh. Ke depan, kita coba tata,” ujarnya.

Menteri Negara Perumahan Rakyat, Muhammad Yusuf Asy'ari menegaskan, pihaknya sudah punya program besar untuk mendorong pembangunan, yakni pembangunan rumah susun di perkotaan dan pembangunan rumah murah di kota kecil dan pedesaan. "Hampir 51,12 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, makin hari makin padat. Daerah kumuh makin banyak. Tidak mungkin hanya merevitalisasi karena tuntutan urbanisasi pasti akan berjalan," ujarnya.

Di lain pihak, proyek Rusunawa masih mendapat keluhan dari penghuni. Ahyatul Asmara, ketua Peribadatan Ikatan Keluarga Rusunawa Kasnariansyah (Ikrar) mengaku sebagian penghuni mengeluhkan kebocoran pipa air, tidak ada fasilitas musala, tanpa tangga darurat. Ditakutkan, jika terjadi kebakaran sekaligus, maka tidak ada tangga turun. "Kecuali jika satu blok terbakar, maka penghuni bisa turun lewat blok satunya," ujarnya.(Sumeks)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar