PSI LAUTAN– Hari Habitat Internasional ternyata peruntungan kepada sejumlah pengrajin perahu hias di kawasan Tangga Buntung. Malahan, sejumlah pengrajin mengaku kebanjiran order menghias perahu untuk dipamerkan di Benteng Kuto Besak (BKB), akhir pekan lalu.
Fahruddin, salah satu pengrajin yang mengaku jelang helatan akbar tersebut disibukkan di bengkel perahu hiasnya. Bahkan, ia telah mengerjakan tiga unit perahu untuk dihias pesanan dari beberapa dinas/instansi di kota Palembang yang mengikuti festival prahu hias tersebut.
“Ya kalau lagi musim seperti ini kita cukup disibukkan menghiasi perahu-perahu yang akan berlaga. Tapi yang terpenting, hiasan kita harus sesuai dengan tema acara yakni hari Habitat Internasional,” tukasnya di sela-sela acara tersebut, kemarin (4/10),.
Ia menyebutkan ada tiga rupa yang diusungnya dalam mengikuti lomba yang betemakan habitat. Pertama, perahu hias bertemakan hewan hutan seperti harimu Sumatera, lalu perahu yang mengusung tema pemandangan alam beserta perbukitannya. Dan terakhir, tema yang dibawanya adalah pemukiman warga nan asri berupa rumah-rumah penduduk desa.
“Karena ini merupakan tema yang cukup menjual. Dan jika tidak sesuai dengan tema bisa-bisa kita sama sekali tidak mendapatkan penilaian dan tidak mungkin memenangkan ajang tersebut,” jelas Fahruddin. Pengrajin yang sudah cukup diakui ini juga mengaku untuk memenangkan perlombaan merupakan satu tantangan tersendiri.
Karena, menurutnya jika berhasil memenangkan satu ajang, maka ajang berikuti merupakan tantangan yang lebih berat lagi untuk diselesaikan. Tak hanya itu, modal lainnya untuk menjadi juara menurutnya adalah memiliki ide-ide kreatif nan cerdas. Sehingga, karya yang dihasilkan akan lebih inovatif dan segar.
“Kan tidak mungkin kita setiap ajang selalu menampilkan rupa yang itu-itu saja. Kalau begitu, bisa-bisa dewan juri menjadi bosan dan menganggap bahwa karya kita tidak inovatif karena rupa perahu hias tersebut dinilai ketinggalan zaman,” tukas Faruddin. Untuk satu perahu hias, harga yang dipatoknya berkisar Rp5-8 juta.(Sumeks)
Fahruddin, salah satu pengrajin yang mengaku jelang helatan akbar tersebut disibukkan di bengkel perahu hiasnya. Bahkan, ia telah mengerjakan tiga unit perahu untuk dihias pesanan dari beberapa dinas/instansi di kota Palembang yang mengikuti festival prahu hias tersebut.
“Ya kalau lagi musim seperti ini kita cukup disibukkan menghiasi perahu-perahu yang akan berlaga. Tapi yang terpenting, hiasan kita harus sesuai dengan tema acara yakni hari Habitat Internasional,” tukasnya di sela-sela acara tersebut, kemarin (4/10),.
Ia menyebutkan ada tiga rupa yang diusungnya dalam mengikuti lomba yang betemakan habitat. Pertama, perahu hias bertemakan hewan hutan seperti harimu Sumatera, lalu perahu yang mengusung tema pemandangan alam beserta perbukitannya. Dan terakhir, tema yang dibawanya adalah pemukiman warga nan asri berupa rumah-rumah penduduk desa.
“Karena ini merupakan tema yang cukup menjual. Dan jika tidak sesuai dengan tema bisa-bisa kita sama sekali tidak mendapatkan penilaian dan tidak mungkin memenangkan ajang tersebut,” jelas Fahruddin. Pengrajin yang sudah cukup diakui ini juga mengaku untuk memenangkan perlombaan merupakan satu tantangan tersendiri.
Karena, menurutnya jika berhasil memenangkan satu ajang, maka ajang berikuti merupakan tantangan yang lebih berat lagi untuk diselesaikan. Tak hanya itu, modal lainnya untuk menjadi juara menurutnya adalah memiliki ide-ide kreatif nan cerdas. Sehingga, karya yang dihasilkan akan lebih inovatif dan segar.
“Kan tidak mungkin kita setiap ajang selalu menampilkan rupa yang itu-itu saja. Kalau begitu, bisa-bisa dewan juri menjadi bosan dan menganggap bahwa karya kita tidak inovatif karena rupa perahu hias tersebut dinilai ketinggalan zaman,” tukas Faruddin. Untuk satu perahu hias, harga yang dipatoknya berkisar Rp5-8 juta.(Sumeks)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar